Wednesday, October 8, 2014

Foto Harald Nugiseks

Waffen-Oberscharführer der SS Harald Nugiseks (22 Oktober 1921 - 2 Januari 2014) dilahirkan di peternakan Vanaõu, desa Karjaküla, Särevere Parish, Järva maakond (Estonia). Dia secara sukarela bergabung dengan Estee Legion (Legiun Estonia) tahun 1943. Nugiseks dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 9 April 1944 sebagai sebagai Waffen-Unterscharführer der SS dan Zugführer di 1.Kompanie / I.Bataillon / SS-Freiwiligen-Grenadier-Regiment 46 (estnische Nr.2) / 20.Estnische SS-Freiwilligen-Division / III.(Germanische) SS-Panzerkorps) / Armee-Abteilung Narwa / Heeresgruppe Nord setelah berhasil merebut jembatan Vaasa-Siivertsi-Vepsküla dari tangan pasukan Soviet. Berkali-kali usaha sebelumnya telah gagal dan batalyon Nugiseks kehilangan hampir semua perwiranya. Sang Bintara lalu maju ke depan untuk menerima tongkat komando serangan. Segera dia merubah taktik: Semua suplai granat tangan dibawa ke front menggunakan kereta ski sehingga para penyerang tidak usah bolak-balik ke belakang melintasi ladang ranjau manakala suplai habis. Dengan granat kini dengan mudah disalurkan dari tangan ke tangan melalui parit pertahanan, pasukan Soviet yang mempertahankan jembatan menjadi terdsak dari utara melalui serangan bergelombang, dan akhirnya jembatan yang vital itu pun berhasil diduduki. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (1942); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (21 Desember 1943); Verwundetenabzeichen in Schwarz (21 Desember 1943); Eisernes Kreuz II.Klasse (27 Februari 1944); serta Eisernes Kreuz I.Klasse (7 Maret 1944)

Untuk biografi singkat Harald Nugiseks bisa dilihat DISINI!


"Elang Muda" Harald Nugiseks mengenakan seragam pramuka Estonia (Eesti Skautide Ühing) saat masih duduk di kelas 6 (sekitar usia 12 tahun). Dia adalah seorang anak petani yang lahir di peternakan, tapi mempunyai minat yang sangat tinggi terhadap kemiliteran. Nugiseks telah menjadi anggota gerilyawan melawan pasukan pendudukan Soviet saat Jerman membebaskan Estonia dari Tentara Merah tahun 1941


Foto kelulusan tahun 1937 bersama dengan teman-teman sekelas SMP dan kepala sekolahnya. Baris pertama (berbaring), dari kiri ke kanan: Lembit Talviste dan Hugo Ruiso. Baris kedua (duduk) : Linda Pärn, Hilda Otti, Salme Estental, dan Valve Umbsaar. Baris ketiga (berdiri) : Harald Nugiseks, Leili Nurk, Johanna Dreger, Magda Tempel, Aime Pöllu, dan Kepala Sekolah Eduard Paap. Nugiseks kemudian melanjutkan jenjang pendidikan SMA-nya di Sekolah Berkebun Türi, tapi tidak diselesaikannya karena pada tahun 1939 dia pindah ke Sekolah Perdagangan Paide saat perang mulai pecah dan dunia terbagi menjadi dua. Teman sebangkunya di Türi, Peeter Gross, nantinya menjadi Kolonel Soviet sekaligus musuh bebuyutan Nugiseks!


Harald Nugiseks (duduk kedua dari kiri) bersama dengan rekan-rekannya dari Ostbataillon Nr.185 yang merupakan organisasi militer bentukan Jerman untuk memerangi Rusia dan berisikan para sukarelawan asal negara-negara Baltik (Latvia, Estonia, Lithuania). Dengan alasan tertentu, seragam unit ini sama persis dengan seragam militer Latvia di masa sebelum perang. Pelatihan pertama Ostbataillon Nr.185 diadakan di Tallinn (Estonia) bulan Oktober 1941 dimana Nugiseks muda (yang saat itu berusia 20 tahun) ikut menjadi peserta pertamanya


Sukarelawan asal Estonia Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks sebagai seorang prajurit Waffen-SS dalam foto yang diambil di musim dingin 1943/1944. Disini dia mengenakan jaket kamuflase SS-Eichenlaubmuster (Oak-leaf pattern) sambil membawa senapan Kar98k di belakang. Sabuk peluru senapan mesin kaliber 7.92mm tersampir di bahunya, sementara di balik ikat pinggangnya (koppel und koppelschloss) yang dilengkapi dengan kantong peluru M1911 (Patronentasche 11) terselip sekop kecil penggali parit (kleines Schanzzeug) dan Stielhandgranate M24


 Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks dalam sebuah foto studio tak lama setelah dianugerahi Eisernes Kreuz I.Klasse, Maret 1944. Pengalaman pertamanya lolos dari maut terjadi dalam pertempuran Nevel saat sebuah granat Soviet terjatuh di lubang pertahanannya dan meledak. Beberapa pecahannya menancap di kaki Nugiseks tapi berhasil dikeluarkan. Sebagai kenang-kenangan, Nugiseks mengambil pecahan yang paling besar dan menyimpannya sampai tua! Peristiwa lain yang dia kenang adalah saat dia dan delapan rekannya menerima perintah untuk menyusup ke garis belakang pertahanan musuh. Persis sebelum berangkat dia digantikan oleh orang lainnya. Grup sembilan orang itu tak pernah kembali dan tak diketahui bagaimana mereka meninggal...


 Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks dalam foto dari bulan Maret 1944. Mengenai topi bulu yang dikenakannya, Nugiseks mengenang bahwa semua orang Estonia di unitnya memiliki topi semacam ini. Seorang komandan Jerman tampaknya tidak menyukai pemakaian topi yang tidak sesuai regulasi tersebut, dan bertanya sinis pada Nugiseks: "Apa pula itu yang kau pakai?", Nugiseks hanya menjawab singkat: "Ini namanya topi dan rasanya hangat kalau dipakai..." Tidak hanya itu, dalam foto ini juga dia menggantungkan pisau belati non-standar khas Skandinavia yang biasa dinamakan sebagai pisau Sami. Pisau ini merupakan pemberian seorang perwira dari unit tetangga di Narva, 23. SS-Freiwilligen-Panzergrenadier-Division "Nederland" (niederländische Nr. 1), yang memberikannya sebagai ucapan terimakasih atas keberanian luar biasa Nugiseks dalam pertempuran merebut jembatan Vaasa-Siivertsi-Vepsküla. Pertempuran ini pula yang nantinya mengantarkan Nugiseks meraih medali keberanian tertinggi Jerman: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes



Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks (Zugführer di 1.Kompanie / I.Bataillon / SS-Freiwiligen-Grenadier-Regiment 46 / 20.Waffen-Grenadier-Division der SS) yang dilaksanakan di rumah sakit militer Türi (Estonia) pada hari kamis tanggal 20 April 1944 saat Nugiseks menjalani perawatan atas sakitnya. Upacara penganugerahan yang dihadiri oleh SS-Oberführer Franz Augsberger (memakai einheitsfeldmütze, Kommandeur 20. Estnische SS-Freiwilligen-Division) dan SA-Obergruppenführer Karl-Siegmund Litzmann (botakers, Generalkommissar für Estland im Reichskommissariat Ostland) ini mendapat liputan luas dan diberitakan dalam Wehrmachtbericht (siaran radio propaganda harian Wehrmacht) serta majalah SIGNAL. Nugiseks sendiri secara resmi mendapatkan Ritterkreuz-nya dari tanggal 9 April 1944. Uniknya, Nugiseks masuk rumah sakit bukan akibat dari luka-lukanya di medan pertempuran melainkan karena sakit misterius (komplikasi tipus, pneumonia dan sakit telinga) saat dia sedang cuti di kampung halamannya di Türi! Sakit ini sempat membuatnya kehilangan kesadaran selama delapan hari dan berat badannya sampai merosot drastis, turun menjadi hanya 49kg saja. Dokter pun sudah menyerah atas kondisinya. Ternyata nun jauh di Berlin sana tersiar berita tentang sekaratnya sang pahlawan pemberani Estonia. Dokter terbaik Jerman bergelar profesor medis langsung didatangkan menggunakan pesawat untuk merawat Nugiseks (yang tidak dapat mengingat namanya). Sejak saat itu kesehatannya makin membaik, yang terlihat dari foto verleihung (upacara penganugerahan) disini. BTW, ketika SS-Kriegsberichter yang mewawancarainya menanyakan apa yang telah terjadi di jembatan Vaasa-Siivertsi-Vepsküla (yang membuatnya dianugerahi Ritterkreuz), Nugiseks seperti biasanya menjawab singkat: "Kami bertempur seperti di setiap pertempuran lainnya." Dia adalah persis seperti yang disebut oleh sebuah headline suratkabar yang terbit keesokan harinya: "Silent Hero" (Pahlawan Sunyi)!


 Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks dalam sebuah foto hasil pewarnaan. Disini dia memakai semua medali keberanian Jerman yang telah diraihnya, termasuk Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes yang didapatkannya tanggal 9 April 1944. Disini pula kita bisa melihat dengan jelas Adler lengan BeVo yang dikenakannya. BeVo merupakan singkatan dari "Beteiligung Vorsteher" (Kemitraan Vorsteher) yang merupakan nama sebuah perusahaan konveksi hasil kerjasama dua orang: Lucas Vorsteher dari Lenneper Strasse 50 dan Ewald Vorsteher dari Krenzstrasse 72 (kedua-duanya dari kota Wuppertal-Berman). Mereka mengembangkan sistem tenun mesin yang kemudian banyak dipakai oleh Wehrmacht untuk menggantikan metode bordir tangan yang lebih mahal (biasa dinamakan RZM, Reichszeugmeisterei), meskipun yang terakhir ini tetap diproduksi sampai akhir perang. Hasil-hasil dari buatan BeVo biasa ditemukan pada ärmelstreifen (pita lengan), hoheitsabzeichen (lambang elang), dan kokade topi. BTW, perhatikan cap studio foto di kanan bawah yang menandakan bahwa foto ini diambil di Tallin (ibukota Estonia)!


 
 Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks mengenakan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes yang diraihnya tanggal 9 April 1944. Dia adalah salah satu dari empat sukarelawan Estonia yang dianugerahi Ritterkreuz... dan yang paling terkenal! Tiga lainnya adalah: Paul Maitla, Alfons Rebane dan Harald Riipalu (Nugiseks adalah satu-satunya yang bukan perwira). Dia juga merupakan salah satu dari 20.000 orang Estonia yang menjadi sukarelawan Wehrmacht dalam Perang Dunia II



Tiga orang Ritterkreuzträger berkebangsaan Estonia dari 20.Waffen-Grenadier-Division der SS (estnische Nr.1) berkumpul di Neuhammer Bulan Desember 1944 sebelum Natal pada saat reorganisasi ulang 20. Waffen-Grenadier-Division der SS (estnische Nr. 1). Dari kiri ke kanan: Waffen-Obersturmbannführer der SS Alfons Rebane (Kommandeur Waffen-Grenadier Regiment der SS 46), Waffen-Unterscharführer der SS Harald Nugiseks (Zugführer di 1.Kompanie / I.Bataillon / Waffen-Grenadier Regiment der SS 46) dan Waffen-Obersturmbannführer der SS Harald Riipalu (Kommandeur Waffen-Grenadier Regiment der SS 45 “Estland”). Seorang Ritterkreuzträger asal Estonia lainnya, SS-Hauptsturmführer Paul Maitla (Kommandeur I.Bataillon / Waffen-Grenadier Regiment der SS 45 “Estland”), tidak ikut nongkrong di foto karena sedang menjalani perawatan di rumah sakit atas luka-lukanya



Waffen-Oberscharführer der SS Harald Nugiseks mengenakan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes yang diraihnya tanggal 9 April 1944. Di kerahnya dia mengenakan lambang Estland pola kedua yang menggantikan pola pertama yang dipakai sebelumnya. Sebenarnya terdapat tiga pola untuk lambang kerah dari 20. Waffen-Grenadier-Division der SS (estnische Nr. 1): ketika I.Bataillon / Waffen-Grenadier Regiment der SS 45 “Estland” tiba di Tartu tanggal 11 Februari 1944, pejabat kota di Estonia tersebut mempersembahkan pola pertama yang dibuat di pabrik peralatan medis yang berada di Tartu. Bentuknya adalah lengan berpelindung dengan pedang dan "E" serta dibuat menggunakan lempengan metal tipis yang tadinya dimaksudkan untuk ditempelkan ke tanda kerah kosong Waffen-SS yang masih dipakai oleh anggota divisi. Meskipun sifatnya tidak resmi tapi tetap saja dipakai secara luas oleh anggota 20. Waffen-Grenadier-Division der SS. Selanjutnya adalah pola resmi "pertama" yang berbentuk huruf "E" dan pedang yang pertama kali diperkenalkan pertengahan Juni tahun 1944. Tanda pangkat kerah hasil produksi kamp konsentrasi Dachau ini ternyata tidak disukai oleh anggota divisi walaupun pemakaiannya sudah kadung meluas dan banyak bukti penampakannya di foto pada masa itu. Akhirnya diluncurkanlah pola kedua bulan Oktober 1944 yang bentuknya hampir sama dengan pola "tidak resmi" tartu, yaitu lengan berpelindung yang memegang pedang dan mengelilingi huruf "E". Pola ini diproduksi di kamp pelatihan Neuhammer saat 20. Waffen-Grenadier-Division der SS sedang menjalani pemulihan dan reorganisasi disana (meskipun terdapat beberapa contoh yang sudah dibagikan sebelumnya pada jajaran SS-kriegsberichter Estonia bulan September 1944)

Tiga orang veteran 20. Waffen-Grenadier-Division der SS (estnische Nr. 1) dalam sebuah acara peringatan berdirinya Legiun Estonia di Adaveres (Estonia) tanggal 29 Agustus 1992. Dari kiri ke kanan: Ants Kõverjalg, Harald Nugiseks dan Harri Rent. Kõverjalg adalah mantan anggota Waffen-Artillerie Regiment der SS 20 yang seusai perang menerbitkan memoar yang berjudul "Sõda ja Saatused" (Perang dan Takdir), sementara Rent (9 Januari 1924 - 13 April 2010) adalah mantan SS-Untersturmführer yang menjadi Zugführer (pemimpin peleton) di 7.Kompanie / II.Bataillon / Waffen-Grenadier Regiment der SS 46 (estnische nr. 2). Dia juga menerbitkan memoarnya di tahun 1997 yang berjudul "Ma jäin ellu : mälestuskilde sõjast ja vangilaagritest" (Tapi Aku Selamat: Kenangan Masa Perang)


 Harald Nugiseks bersama dengan sesama Ritterkreuzträger Klemens Behler di tahun 1992. Behler (pangkat terakhir SS-Obersturmführer) meraih medali bergengsi tersebut pada tanggal 17 Maret 1945 sebagai Chef 3.Batterie / SS-Artillerie-Regiment 54 / 23.SS-Freiwilligen-Panzergrenadier-Division "Nederland". Behler pula yang berbaik hati memberikan medali Ritterkreuz asli miliknya (versi 1939) untuk dipakai oleh Nugiseks (milik Nugiseks hilang dalam masa penawanan), sementara Behler lebih memilih untuk mengenakan yang versi denazifikasi tahun 1957 seperti yang tampak dalam foto di atas!




Harald Nugiseks mengenakan seragam Kapten Cadangan yang secara resmi diberikan kepadanya oleh pemerintah Estonia tanggal 21 Februari 1994. Setelah kemerdekaan yang diraihnya pada tanggal 20 Agustus 1991, Angkatan Darat Estonia dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip sebuah pasukan cadangan dimana bagian utama pasukan pertahanannya bukanlah pasukan aktif melainkan pasukan milisi yang hanya akan dimobilisasi menjadi pasukan aktif manakala terjadi keadaan darurat. Bagi negara dengan sedikit sumber daya manusia dan ekonomi seperti Estonia, sistem pertahanan seperti itu dianggap sebagai yang paling sesuai untuk mengakomodasi pertahanan nasionalnya. Pada saat ini tercatat pasukan aktifnya berjumlah 16.000 personil sementara cadangannya adalah 270.994 orang


 Upacara penguburan kembali abu jenazah Ritterkreuzträger asal Estonia Alfons Rebane (24 Agustus 1908 - 8 Maret 1976) yang diadakan pada tanggal 26 Juni 1999. Upacara ini dihadiri oleh sesama peraih Ritterkreuz asal Estonia Harald Nugiseks (1921-2014) - yang memakai seragam Kapten Cadangan Estonia - juga oleh sejumlah veteran Waffen-SS lainnya yang masih hidup. Foto kedua memperlihatkan saat Nugiseks berbincang-bincang dengan Kai Maitla-Brauer, janda dari Ritterkreuzträger (Estonia lainnya) Paul Maitla, sementara foto keempat memperlihatkan Nugiseks berdiri di belakang batu nisan Rebane berdampingan dengan Harri Rent (kanan), mantan SS-Untersturmführer yang menjadi Zugführer (pemimpin peleton) di 7.Kompanie / II.Bataillon / Waffen-Grenadier Regiment der SS 46 (estnische nr. 2). Rent juga memakai seragam perwira cadangan sama seperti Nugiseks. Penguburan secara besar-besaran ini memantik kontroversi di negara-negara Barat dan Rusia karena pemerintahan Estonia dianggap mendukung Nazisme! Rebane sendiri meninggal di Augsburg (Jerman) pada tahun 1976 dan merupakan Regimentskommandeur mantan atasan Nugiseks serta Rent


 Harald Nugiseks saat menerima penyerahan sebuah lukisan kehormatan bergambar dirinya mengenakan seragam Waffen-SS dari organisasi nasionalis Estonia. Penyerahan itu secara simbolis juga merupakan pertanda bahwa para patriot Estonia tidak pernah melupakan jasa Nugiseks walaupun dia notabene adalah sukarelawan "Nazi"!


Upacara penganugerahan Eesti Rahva Tänumedal (Medali Nasional Estonia) untuk Harald Nugiseks yang diselenggarakan di Tori Kirikus (Gereja Tori) pada tanggal 19 Oktober 2008. Medali tersebut merupakan penghargaan tertinggi yang bisa diberikan oleh negara tersebut kepada warganya yang berprestasi. Nugiseks dianggap telah berjasa besar bagi Estonia bukan setelah Estonia merdeka dan bukan pula di masa penjajahan Soviet, tapi saat dia menjadi seorang sukarelawan Waffen-SS! Karenanya foto yang menyertai piagam penganugerahannya pun adalah foto Nugiseks muda saat mengenakan seragam SS. Saat ditanya manakah medali yang paling berharga baginya diantara sekian banyak medali yang pernah didapatnya, Nugiseks hanya menjawab singkat "Ritterkreuz!" Foto oleh Erki Nurk


 
Veteran sukarelawan Waffen-SS asal Estonia Harald Nugiseks di hari tua. Dia adalah seorang yang pendiam dan rendah hati, tidak suka membesar-besarkan apa yang telah dilaluinya. Dalam setiap sesi wawancara jawabannya selalu singkat dan padat. Karena itulah Nugiseks mendapat julukan "Silent Hero" (Pahlawan Sunyi), mirip-mirip Rambo! Dalam salah satu wawancara yang dilakukan beberapa tahun sebelum kematiannya di rumahnya (yang dimuat di suratkabar Swedia "Eesti Päevaleht"), Nugiseks pernah berkata bahwa "Setiap orang yang ikut serta dalam serangan terhadap jembatan Vaasa-Siiverts-Vepsküla layak untuk mendapatkan Ritterkreuz..."


 Perayaan ulangtahun ke-92 Harald Nugiseks yang diselenggarakan pada tanggal 22 Oktober 2013. Ini adalah perayaan ultahnya yang terakhir karena Nugiseks meninggal beberapa bulan kemudian, tanggal 2 Januari 2014, di Tori/Pärnu maakond (Estonia)


Upacara pemakaman Harald Nugiseks yang diselenggarakan secara penuh kebesaran di kota Tori (Estonia). Foto oleh Rauno Volmar. Dia meninggal di usia 92 tahun, dan di saat kematiannya namanya telah direhabilitasi sekaligus ditahbiskan sebagai salah satu pahlawan pejuang kemerdekaan Estonia. Begitu banyaknya medali dan penghargaan yang diraihnya sehingga dibutuhkan tiga buah Ordenskissen (Bantal Medali) untuk membawanya!



 Medali dan penghargaan yang diperoleh Harald Nugiseks yang dipajangkan dalam sebuah styrofoam dan Ordenskissen (bantal medali). Sebagian besar adalah medali keluaran Estonia (Eesti Vabadusvõitlejate in Gold, Kaitseministeeriumi teeneterist III järk, dll.), sementara medali Jermannya adalah: Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (1942); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (21 Desember 1943); Verwundetenabzeichen in Schwarz (21 Desember 1943); Eisernes Kreuz II.Klasse (27 Februari 1944); Eisernes Kreuz I.Klasse (7 Maret 1944); serta Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (9 April 1944). Sekedar tambahan, Ritterkreuz asli yang diperolehnya di masa perang hilang di Cekoslowakia saat Nugiseks menjalani masa tahanan. Dia baru menerima medali penggantinya tahun 1992 dari sesama Ritterkreuzträger, Klemens Behler



Video-video lain yang memperlihatkan "penampakan" Harald Nugiseks. Orang-orang mengenal Nugiseks sebagai pria pekerja keras dan sangat ramah. Karakter semacam inilah yang menolongnya melewati masa-masa berat di Gulag dan pendudukan Soviet di Estonia. 


Sumber :
Foto koleksi pribadi Mark C. Yerger
www.5sswiking.tumblr.com
www.delfi.ee
www.eestileegion.com 
www.forum.axishistory.com
www.rindeleht.ee
www.warrelics.eu
www.wehrmacht-awards.com
www.wehrmacht.rindeleht.ee

No comments: