Sunday, August 18, 2013

SS-Polizei-Regiment "Bozen"




Oleh : Alif Rafik Khan

SS-Polizei-Regiment "Bozen" (Resimen Polisi SS Bozen/Bolzano) adalah unit polisionil dari SS Jerman yang dibentuk tahun 1943 di bawah Höchste SS- und Polizeiführer (HöSSP, Komando SS dan Polisi Tertinggi) Italien. Resimen ini digolongkan sebagai unit campuran SS dan Ordnungspolizei (polisi umum), dengan anggotanya memakai seragam polisi standar.

Sebagian besar anggota resimen ini diambil dari etnis Jerman yang bermukim di wilayah pegunungan Tirol (Italia), dan tugas utamanya adalah untuk memerangi kelompok gerilyawan lokal serta tugas-tugas pengamanan di wilayah perbatasan Repubblica Sociale Italiana (RSI, Republik Sosial Italia) pimpinan Benito Mussolini). Kebanyakan dari mereka adalah juga veteran dari Angkatan Darat Italia yang pernah bertugas di Front Timur. Pertama dikenal sebagai "SS-Polizei-Regiment Südtirol" (Oktober 1943), pada bulan November 1943 namanya dirubah menjadi Polizeiregiment Bozen. Selama masa eksistensinya yang berlangsung selama 1,5 tahun, resimen ini bermarkas di Bolzano, Silandro dan Gossensaß.

Resimen Bozen terdiri dari staff markas serta tiga batalyon, dengan setiap batalyon mempunyai satu sampai lima kompi infanteri polisi. Unit ini mempunyai persenjataan ringan dan digolongkan sebagai tipe Panzergrenadier dalam sistem pengaturan pertempuran Wehrmacht. Resimen yang "bersaudara" dengan Bozen adalah SS-Polizei-Regiment "Brixen". Pada awalnya, resimen ini mendapat perintah langsung dari Gauleiter (Gubernur) Tirol, Franz Hofer, tapi tak lama kemudian formasinya dimasukkan ke unit SS dan Polizei. Karenanya, resimen ini digolongkan sebagai formasi militer dan berada di bawah komando petinggi militer Jerman di wilayah tersebut. Pada akhirnya, ketika mendapat tugas pengamanan kota (semacam Roma), maka resimen ini bertanggungjawab langsung ke pimpinan SS.

Pada tahun 1944, Resimen Bozen diterjunkan di sekitar kota Roma. Tugas-tugasnya adalah termasuk menjaga keamanan di sekitar kota serta berpatroli di wilayah perbatasan untuk mencari para desertir militer serta tawanan perang yang kabur. Di dalam kota Roma sendiri, 11. Kompanie (di bawah pimpinan Leutnant der Schutzpolizei Wolgasth) melakukan patroli harian melalui jalanan kota tersebut. Pada tanggal 23 Maret 1944, 11.Kompanie / III.Bataillon yang sedang berpatroli melewati Via Rasella dihantam oleh bom kiriman gerilyawan Italia dari Gruppi d'Azione Patriotica (GAP). Tercatat 28 tentara SS serta 2 warga sipil yang terbunuh seketika dalam peristiwa ini, dan 4 orang kemudian menyusul tewas karena luka-lukanya beberapa hari kemudian. Pasukan Keamanan Jerman di Roma, yang dikepalai oleh SS-Obersturmbannführer Herbert Kappler, melancarkan operasi pembalasan yang kemudian dikenal sebagai Eccidio delle Fosse Ardeatine (Pembantaian Fosse Ardeatine). Dalam operasi ini, 335 tawanan Italia dieksekusi dan kemudian mayatnya diletakkan di sebuah gua yang kemudian diledakkan.

Saat Italia jatuh ke dalam gerak maju Sekutu, para anggota Resimen Bozen kemudian dimasukkan ke dalam unit-unit tempur Jerman lainnya atau dibebastugaskan seiring kekalahan yang makin membayang. Unitnya sendiri secara resmi "tutup lawang sigotaka" musim semi 1945.

Rantai komando ke bawah:
Komandan Resimen: Oberst der Schutzpolizei Alois Menschik
Ajudan Resimen: Hauptmann der Schutzpolizei Ullbrich
Komandan Batalyon:
I. Bataillon (kompi 1-5):
II. Bataillon (kompi 6-10): Major der Schutzpolizei Schroder
III. Bataillon (kompi 11-13): Major der Schutzpolizei Hellmuth Dobbrick
Polizei Ersatz Bataillon Bozen
Polizei Panzer Zug (Fian Ansaldo AB 41)

Rantai komando ke atas:
Höchste SS- und Polizeiführer Italien - SS-Obergruppenführer Karl Wolff
SS- und Polizeiführer (Mitteitalien-Verona) - SS-Brigadeführer Wilhelm Harster
SS- und Polizei-Regiment 15 (garnisun reguler SS di Roma) - Oberstleutnant der Schutzpolizei Ludwig Buch
SS-Polizei-Regiment "Bozen" (resimen etnik SS)
SS-Polizei-Regiment "Brixen" (resimen etnik SS)

Keseluruhan rantai komando yang meliputi unit-unit SS yang berada di wilayah yang sama berada di bawah 14. Armee Wehrmacht pimpinan Generaloberst Eberhard von Mackensen. Pasukan garnisun SS di Roma berada di bawah perintah komandan pasukan pendudukan Jerman, Generalleutnant (Luftwaffe) Ing. Kurt Mälzer. Baik Von Mackensen maupun Mälzer sama-sama bertanggungjawab terhadap Generalfeldmarschall Albert Kesselring yang merupakan panglima tertinggi Jerman di Italia dan Mediterania.


Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
www.axishistory.com 
www.commons.wikimedia.org
www.en.wikipedia.org 
www.forum.axishistory.com
www.zeltbahn.net


Saturday, August 17, 2013

Album Foto Samurai

Oleh : Alif Rafik Khan

Karena sekarang saya sedang demen segala sesuatu berbau WC eh Samurai (gara-gara baca novel TAIKO karya Eiji Yoshikawa!), maka boleh dah blog ini kena selingan mengenai topik tersebut. Ingat bahwa di bawah ini adalah FOTO dan bukan LUKISAN ataupun SKETSA!


Tiga orang pemanah Jepang dalam foto dari tahun 1860-an (era Meiji) oleh fotografer yang tak dikenal. Pada saat itu, seni memanah Jepang (Kyudo alias jalan busur) telah berevolusi dari bentuk latihan bersenjata khusus kaum Samurai menjadi salah satu bagian seni bela diri yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan berfungsi untuk pengembangan fisik dan moral diri. Foto ini menjadi koleksi dari Henry dan Nancy Rosin yang khusus mengumpulkan foto-foto Jepang dan penduduknya dari tahun 1860 s/d 1900


 Samurai Jepang, pejuang aristokrat yang mengabdi pada tuannya sampai mati. Foto dari tahun 1865 oleh Felice Beato (1832-1909). Beato merupakan fotografer keturunan Italia-Inggris yang merupakan salah satu tukang potret pertama yang memfoto Asia Timur sekaligus fotografer perang pertama dalam sejarah! Sebelum menginjak Jepang, dia melanglang buana ke tempat-tempat eksotis di Eropa, Mediterania, Amerika Utara, India dan Cina. Pengaruhnya begitu terasa di Jepang karena banyak fotografer ternama yang berguru kepadanya

 Pejuang Samurai sedang membunyikan sangkakala kerang. Foto dari tahun 1867 (sumber lain 1875) oleh Felice Beato dan kini tersimpan di Hulton Archive. Terompet dari kerang ini biasa dinamai sebagai "horagai" (khusus penggunaan militer dinamakan "jinkai") dan merupakan salah satu alat sandi khas zaman Samurai. Dengan menggunakan alat penyambung mulut yang terbuat dari kayu atau besi, maka horagai atau jinkai ini bisa menghasilkan sampai tiga nada yang berbeda dan biasanya digunakan untuk menggerakkan pasukan menyerang, mundur, merubah formasi, atau hanya sekedar penambah semangat saat bertempur


Seorang Samurai memakai baju besi dalam foto hasil pewarnaan asli dari tahun 1875. Foto oleh Raimund Freiherr Stillfried von Rathenitz (1839-1911). Bentuk potongan rambutnya yang aneh telah lama menjadi perhatian para sejarawan barat. Tengah-tengah kepala dibiarkan plontos sementara pinggiran dan belakang memanjang untuk kemudian diikat dalam simpul khusus yang dinamakan sebagai "bun". Jenis potongan rambut seperti ini (dikenal dengan nama "chonmage") mempunyai fungsi utama untuk menahan helm Samurai tetap ditempatnya saat sedang dipakai

Lima orang berpakaian besi. Foto dari tahun 1870-an oleh Kusakabe Kimbei (1841-1934). Dia merupakan salah satu fotografer pertama Jepang yang pernah bekerjasama dengan Raimund Freiherr Stillfried von Rathenitz serta Felice Beato. Setelah mengembangkan gaya pemotretannya sendiri, Kimbei membuka studio foto di Yokohama yang beroperasi dari tahun 1880-an sampai 1913. Ketika Stillfried meninggalkan Jepang tahun 1885, dia mewariskan plat-plat fotonya yang kemudian diwarnai dengan tangan oleh Kimbei. Obyek-obyek fotonya tampak lebih santai dibandingkan dengan obyek milik Stillfried ataupun Beato. Ini kemungkinan besar karena Kimbei adalah sesama orang Jepang


 Tiga orang samurai berpakaian siap tempur, difoto sekitar tahun 1880-an oleh Kusakabe Kimbei. Dua orang di kiri-kanan memegang yari (tombak), sementara orang yang di tengah memegang yumi (busur panah). Mereka semuanya dilengkapi oleh nihonto (pedang samurai) yang selalu terdiri dari dua macam: katana (pedang panjang) dan wakizashi (pedang pendek). Sepasang pedang ini dinamakan sebagai daisho


 Seorang jenderal Jepang zaman Tokugawa sekitar tahun 1865. Foto oleh Kusakabe Kimbei. Jenderal samurai biasanya merupakan pimpinan tempur kepercayaan para Daimyo (tuan tanah sekaligus penguasai provinsi). Mereka mengontrol dan mengkomando pasukan tuannya serta memberikan saran serta nasihat kemiliteran manakala diperlukan. Karena rata-rata merupakan veteran samurai, maka para jenderal ini mempunyai kemampuan tempur individu yang mumpuni dan selalu berada di garis depan dalam pertempuran. Kemampuannya seringkali di atas prajurit biasa, dan bahkan mereka bisa menghancurkan 10 prajurit lawan atau ninja tanpa harus dibantu! Seorang Daimyo minimal mempunyai dua orang jenderal, meskipun para Daimyo besar semacam Takeda Shingen, Uesugi Kenshin, Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi atau Tokugawa Ieyasu bisa mempunyai sampai puluhan jenderal bawahan!


Sumber :

Monday, August 12, 2013

Foto Kampfgeschwader (KG) 53 "Legion Condor"





Upacara penganugerahan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk dua orang pilot jempolan dari I.Gruppe / Kampfgeschwader 53 (KG 53) "Legion Condor", yang diselenggarakan pada tanggal 29 Februari 1944 di Front Timur. Berdiri paling tengah adalah Oberstleutnant Fritz Pockrandt (Geschwaderkommodore Kampfgeschwader 53). Dia diapit oleh Major Karl Rauer (Gruppenkommandeur I.Gruppe / Kampfgeschwader 53) di sebelah kiri, dan Oberleutnant Kurt Unruh (Flugzeugführer di 2.Staffel / I.Gruppe / Kampfgeschwader 53) di kanannya. Rauer mendapatkan Ritterkreuz sebagai penghargaan atas kepemimpinannya sebagai komandan unit pembom Luftwaffe dan juga kesuksesan pribadinya sebagai seorang pilot bomber. Dalam kancah peperangan di Front Timur dia tercatat telah menghancurkan aset-aset berharga Soviet sebagai berikut: satu gudang amunisi, tujuh depot bahan bakar, dua jembatan kereta api, lima posisi meriam anti pesawat udara, 30 tank, dan 17 pesawat yang sedang terparkir di darat! Sementara itu, Unruh mendapatkan Ritterkreuz bersamaan dengan pemindahannya ke unit pelatihan Luftwaffe di garis belakang, tak lama setelah dia menyelesaikan "feindflug" (misi tempur) yang ke-392 sebagai seorang pilot bomber di Front Timur. BTW, berdiri paling kanan adalah Oberleutnant Wolfgang Lührs (Staffelkapitän 2.Staffel / I.Gruppe / Kampfgeschwader 53), yang nantinya juga mendapatkan medali bergengsi yang sama pada tanggal 24 Oktober 1944


 Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 29 Februari 1944 untuk dua orang perwira dari Kampfgeschwader 53 (KG 53) "Legion Condor" yang diserahkan oleh Generalleutnant Rudolf Meister (Kommandierender General IV. Fliegerkorps). Penerimanya, dari kiri ke kanan: Major Karl rauer (Gruppenkommandeur I.Gruppe / Kampfgeschwader 53) dan Oberleutnant Kurt Unruh (Flugzeugführer di 2.Staffel / I.Gruppe / Kampfgeschwader 53)


 II.Gruppe / Kampfgeschwader 53 (KG 53) "Legion Condor": Gruppenkommandeur Herbert Wittmann (kedua dari kanan) bersama dengan para Staffelkapitän-nya. Mereka semua adalah Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes). Dari kiri ke kanan: Oberleutnant Dietrich Kornblum (Staffelführer 4.Staffel / II.Gruppe. Ritterkreuz tanggal 9 Juni 1944), Hauptmann Heinz Zöllner (Staffelkapitän 6.Staffel / II.Gruppe. Ritterkreuz tanggal 5 April 1944), Major Herbert Wittmann (Gruppenkommandeur II.Gruppe. Ritterkreuz tanggal 23 November 1941 dan Eichenlaub tanggal 11 Februari 1945), serta Oberleutnant Johann Dreher (Staffelführer 5.Staffel / II.Gruppe. Ritterkreuz tanggal 5 April 1944). Foto ini diambil pada musim panas tahun 1944


 Acara jamuan makan untuk memperingati penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk dua orang perwira dari Kampfgeschwader 53 (KG 53) "Legion Condor", Major Karl rauer (Gruppenkommandeur I.Gruppe / Kampfgeschwader 53) dan Oberleutnant Kurt Unruh (Flugzeugführer di 2.Staffel / I.Gruppe / Kampfgeschwader 53), tanggal 29 Februari 1944. Jenderal Heer yang ikut menemani mereka kemungkinan besar adalah Generalmajor Emil Just (Oberfeldkommandantur 396) Litauen karena pada saat foto ini diambil I./KG 53 berpangkalan di Kovno, Lithuania


Ritterkreuz Verleihung (upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes) dari Kampfgeschwader (KG) 53 "Legion Condor", 5 April 1944. Dari kiri ke kanan: Oberfeldwebel Karl Christmann (Beobachter 6./KG 53), Oberleutnant Heinz Gutmann (Staffelführer 3./KG 53), Generalleutnant Rudolf Meister (Kommandierender General IV. Fliegerkorps), Hauptmann Heinz Zöllner (Staffelkapitän 6./KG 53), Hauptmann Ernst-Ascan Gobert (Staffelkapitän 3./KG 53), Oberleutnant Johann Dreher (Flugzeugführer 5./KG 53), dan Major Karl Rauer (Kommandeur I./KG 53). Yang terakhir (Rauer) tidak mendapatkan medalinya pada hari itu, tapi hanya sekedar mendampingi anakbuahnya


 Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk para pilot Kampfgeschwader (KG) 53 "Legion Condor" tanggal 5 April 1944. Para penerima dari kiri ke kanan: Oberfeldwebel Karl Christmann (Beobachter 6./KG 53); Oberleutnant Johann Dreher (Flugzeugführer 5./KG 53); Hauptmann Ernst-Ascan Gobert (Staffelkapitän 3./KG 53); Hauptmann Heinz Zöllner (Staffelkapitän 6./KG 53); dan Oberleutnant Heinz Gutmann (Staffelführer 3./KG 53)


 Sebuah Heinkel He 111 dari 1.Staffel / Kampfgeschwader 53 (KG 53) meluncur menyusuri landas pacu yang dijaga dengan ketat, sementara seorang awak darat nongkrong di atas kokpit pesawat untuk membantu mengarahkan sang pilot supaya tidak melenceng keluar jalur atau menabrak pohon yang banyak tumbuh di sekeliling landasan. Perhatikan alat pengatur api di pipa pembuangannya serta pembawa roket V-1 yang terpasang di bagian kanan badan pesawat! Foto di atas diambil di lapangan udara Varrelbusch antara tanggal 13 September s/d 7 Oktober 1944. 1./KG 53 sendiri beroperasi dari landasan ini sejak tanggal 16 September 1944 dengan tugas utamanya meluncurkan roket-roket V-1 ke Inggris. Roket ini nantinya dilepaskan menuju sasarannya di atas Laut Utara. Misi yang dilaksanakan rata-rata dilakukan di atas ketinggian rendah demi menghindari deteksi radar Inggris. Setelah “bom terbang” tersebut dilepaskan, mereka akan diarahkan ke targetnya menggunakan sebuah bantalan tetap dan pemuat bahan bakar. Kerugian yang diderita KG 53 sendiri terbilang tinggi, yang sebagian besar diakibatkan oleh pesawat-pesawat pemburu malam Sekutu serta cuaca buruk


 Sebuah roket V-1 dengan pola kamuflase yang tidak biasa! Foto ini diambil di tempat penyimpanan amunisi yang tersembunyi di antara lebatnya pohon-pohon di dekat lapangan udara Varrelbusch. V-1 nya sendiri disimpan di tempat terbuka, tanpa ditutupi oleh jarring kamuflase atau ranting-ranting pohon. Perhatikan sumbat pengaman berwarna kuning di hidung V-1! Foto di atas diambil di lapangan udara Varrelbusch antara tanggal 13 September s/d 7 Oktober 1944. 1./KG 53 sendiri beroperasi dari landasan ini sejak tanggal 16 September 1944 dengan tugas utamanya meluncurkan roket-roket V-1 ke Inggris. Roket ini nantinya dilepaskan menuju sasarannya di atas Laut Utara. Misi yang dilaksanakan rata-rata dilakukan di atas ketinggian rendah demi menghindari deteksi radar Inggris. Setelah “bom terbang” tersebut dilepaskan, mereka akan diarahkan ke targetnya menggunakan sebuah bantalan tetap dan pemuat bahan bakar. Kerugian yang diderita KG 53 sendiri terbilang tinggi, yang sebagian besar diakibatkan oleh pesawat-pesawat pemburu malam Sekutu serta cuaca buruk

---------------------------------------------------------------------------------------------

PERAIH RITTERKREUZ

 Leutnant der Reserve Georg Ackermann (12 Maret 1918 – 16 Desember 2007) dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 28 Februari 1945 sebagai Staffelkapitän dan perwira teknik di 5.Staffel / KG 53 "Legion Condor". Pesawat terbang andalannya adalah Heinkel He 111H. Selama karirnya dia tercatat melakukan 336 feindflug (misi tempur), dengan 286 di antaranya dilakukan di Front Timur. Medali-medali lain yang diraihnya: Flugzeugführerabzeichen; Eisernes Kreuz II.Klasse (15 Mei 1941) dan I.Klasse (26 Juli 1941); Frontflugspange für Kampfflieger in Bronze (26 September 1941), in Silber (5 November 1941), in Gold (24 Februari 1942), dan in Gold mit Anhänger (15 Januari 1944); Verwundetenabzeichen in Schwarz (28 November 1941); Luftwaffe Ehrenpokale für Besondere Leistungen im Luftkrieg (2 April 1942); Medaille Winterschlacht m Osten 1941/42 (10 Juli 1942); serta Deutsches Kreuz in Gold (21 Agustus 1942)


Sumber :
Foto koleksi pribadi Chris44
www.forum.axishistory.com
www.ingwerapfel.tumblr.co
www.ritterkreuztraeger.blogspot.com

Album Foto 4. Feld-Division (Luftwaffe)

PERAIH DEUTSCHES KREUZ IN GOLD

 Major Siegfried Vehlow dari 4. Feld-Division (Luftwaffe) dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold tanggal 10 Juli 1942 sewaktu masih menjadi Oberleutnant di 4.Batterie / Flak-Lehr-Regiment. Dalam foto ini, selain DKiG, Vehlow juga mengenakan medali Eisernes Kreuz I. Klasse, Erdkampfabzeichen der Luftwaffe, dan Flakkampfabzeichen


Sumber :
www.wehrmacht-awards.com

Sunday, August 11, 2013

Mitos Hitler dan Nazi Berencana Untuk Memusnahkan Seluruh Ras Kulit Berwarna!



Oleh : Ostuf Permadi
 
BACAAN SAAT LIBURAN
* wajib baca bagi penggemar Sejarah

" Hitler & Nazi berencana untuk Memusnahkan seluruh Untermensch (Subhuman) termasuk Yahudi, Jipsi, kulit Hitam Afrika, India, dan seluruh kulit Kuning Asia , demi menjaga Kemurnian (Purifikasi) ras superior kulit putih Aryan "

GARANSI 100% WACANA ini pasti sering anda dengar / baca pada apapun yang berhubungan dengan Sejarah Hitler & Nazi, entah itu dari Media, ataupun Internet.

‪#‎FAKTANYA‬
--------------
(1). Hitler TIDAK PERNAH sekalipun menggunakan istilah "Untermensch" (Subhuman) untuk merendahkan seluruh Ras Kulit Warna, baik pada Buku-nya "Mein Kampf" MAUPUN pada Pidato-Pidatonya.

(2). TIDAK ADA satu Dokumen pun / Rekaman Sejarah yang merekam pernyataan Petinggi Nazi yang menyebut seluruh Ras Kulit Warna sebagai "Untermensch" (Subhuman).

(3). TIDAK ADA satu Dokumen pun / Rekaman Sejarah yang menunjukan Rencana Hitler & Nazi untuk membersihkan dunia ini (ethnic cleansing) dengan cara membunuh / memusnahkan seluruh Ras Kulit Warna.

‪#‎MEIN_KAMPF‬
----------------
Hitler menggunakan istilah "Negroes" di Buku MEIN KAMPF Vol.1, Bab-XI: Race and People. Hitler juga menggunakan istilah "Negroid" di Buku MEIN KAMPF Vol.2, Bab-XIII: Post-War Policy Alliances

* NAMUN ini dalam KONTEKS menyerang Yahudi, yang Hitler yakini menjadi Dalang dari tingginya arus imigran Afrika ke Jerman, dengan tujuan untuk melemahkan bangsa Jerman.

Berdasarkan Dokumen & Rekaman Sejarah, istilah "Untermensch" (Subhuman) HANYA DITUJUKAN kepada "Bolshevik" (Yahudi Komunis Rusia) *inipun dalam Konteks MUSUH IDEOLOGI, dan BUKAN dalam Konteks Ras Rendah.

‪#‎PEMBERSIHAN_ETNIS‬
--------------------------
HITLER CUMA BERENCANA UNTUK MEMBERSIHKAN EROPA DARI YAHUDI *inipun dalam Konteks "membersihkan" Eropa dari Pengaruh / Cengkeraman Yahudi.

#1941: penembakan Yahudi di Uni Soviet (Rusia) sebagai produk dari kebijakan "ANTI-BOLSHEVIK" (Anti Komunisme)
#1942: Deportasi Yahudi dari wilayah Jerman, Austria, Czekoslovakia menggunakan KA ke Ghetto / Penampungan Sementara di Polandia
#1943: Deportasi Yahudi dari Eropa Barat (Prancis, Belanda, Yunani, dll) ke Kamp-Kamp Konsentrasi di Polandia

‪#‎KAMP_KONSENTRASI‬
--------------------------
NAZI CUMA KIRIM YAHUDI SECARA MASSAL KE KAMP KONSENTRASI. Hitler Tidak Pernah Berencana untuk mengirim secara massal Ras Kulit Warna lain ke Kamp Konsentrasi.

*dan mengingat BANYAKNYA POPULASI warga kulit Hitam (Negro) di Prancis, juga negara2 lain dibawah kekuasaan Nazi saat itu.. Keputusan Nazi untuk HANYA mengirim Yahudi secara Massal ke Kamp Konsentrasi sebenarnya sudah MEMENTAHKAN Teori Fiksi "Nazi berencana memusnahkan seluruh Ras Kulit Warna" tersebut. (Baca Sumber)

‪#‎ALIANSI_KULIT_WARNA‬
----------------------------
HITLER & NAZI BERALIANSI DENGAN JEPANG & GRAND MUFTI PALESTINA. Dalam sebuah Pakta Aliansi, Jerman sepakat untuk membagi Dunia dengan Jepang, dimana Jerman menguasai Eropa, dan Jepang menguasai seluruh Asia. Hitler juga beraliansi dengan Grand Mufti Arab Palestina dalam semangat Anti-yahudi.

* Sekali lagi mementahkan TEORI FIKSI "Nazi berencana memusnahkan seluruh Ras Kulit Warna"

‪#‎KEBIJAKAN_KOLONIAL‬
---------------------------
Berdasarkan seluruh Dokumen & Rekaman Sejarah, Rencana Jerman terhadap wilayah-wilayah di Afrika / Asia TIDAK BERBEDA dengan Rencana Inggris. Hitler & Nazi menginginkan wilayah Koloni yang OTONOMI (berdiri sendiri) dibawah Kolonial Jerman TIDAK BERBEDA dengan Kebijakan Kolonial Inggris, dimana tetangga Jiran kita sampai sekarang masih bangga menyandang status "Anggota Commonwealth" (Mantan Koloni Inggris).

* Sekali lagi mementahkan TEORI FIKSI "Nazi berencana memusnahkan seluruh Ras Kulit Warna"

‪#‎NUREMBERG_LAW‬
----------------------
Nuremberg Law adalah Undang-Undang yang melarang Pernikahan "Inter-racial" (antar ras) dengan tujuan untuk menjaga kemurnian Ras (Purifikasi) di Jerman.

FAKTA: Beberapa negara bagian di AMERIKA SERIKAT (AS), dan juga beberapa negara di Eropa pada saat itu juga memiliki HUKUM SAMA yang melarang Pernikahan Antar Ras, dan baru direvisi pada tahun 1960.

FAKTA: Orang tua Arab, India dan Yahudi SAMPAI SAAT INI masih terkenal keras menentang pernikahan antar ras, dan melarang anak perempuannya untuk menikah dengan lelaki dari Ras lain. TINDAKAN PURIFIKASI (menjaga kemurnian Ras) masih dipraktekkan oleh banyak Warga Dunia (bahkan sampai detik ini), dan diakui sebagai bentuk Hak Azazi yang dilindungi oleh Undang-Undang.

‪#‎JESSE_OWENS‬
------------------
Jesse Owens adalah Atlet Kulit Hitam Amerika yang memenangkan Medali Emas di Olimpiade Musim Panas 1936 di Jerman. Simak pengakuaan Jesse Owens tentang Hitler:

" When I passed the Chancellor (Hitler) he arose, waved his hand at me, and I waved back at him. I think the writers showed bad taste in criticizing the man of the hour in Germany. Hitler didn't snub me - it was FDR who snubbed me. The president didn't even send me a telegram."

Bukan hanya itu, Jesse Owens juga diangkat oleh Leni Riefenstahl (Sineas terkenal Jerman) dalam sebuah dokumenter, dan menjadi artikel sebanyak 7 halaman pada Buku "Die Olympischen Spiele 1936", dimana dalam buku tersebut Jesse Owens banyak dipuji bangsa Jerman sebagai "Owens U.S.A., the fastest in the world.” tanpa sepatah katapun menyinggung latar belakang ras Kulit Hitamnya.(Baca Sumber)

‪#‎INDUSTRI_HOLOKOS‬
COMPENSATION PAID BY GERMANY TO SO CALLED "VICTIMS":
----------------------------------------------------------------------
Final_Federal_Compensation_Law € 44.5 BILLION
Retrospective payment fo Hardship Cases € 2.7 BILLION
Compensation for Stolen Property € 2 BILLION
Payment to Israel € 1.5 BILLION
Special Funds for Individual Cases € 1.5 BILLION
Payment to other Countries € 1.4 BILLION
Misc. Payment € 6.8 BILLION
Rememberance, Responsibility and Future € 2.5 BILLION
TOTAL OF € 63.2 BILLION

* Berdasarkan data dari Depkeu (Departemen Keuangan) Jerman per tahun 2005, UANG GANTI RUGI sebesar 63 Milyar EURO telah dibayarkan oleh Pemerintah Jerman ke berbagai LSM Yahudi internasional, termasuk hibah-hibah bilateral yang diberikan langsung kepada negara Israel.

‪#‎MOTIF‬
MOTIF DARI PENCIPTAAN KARYA FIKSI "Hitler & Nazi Berencana untuk memusnahkan seluruh Ras Kulit Warna" adalah untuk MENCARI DUKUNGAN dari Warga Dunia Non-Kulit Putih (Afrika, India, Arab, dan seluruh Asia) agar mereka bisa tetap leluasa untuk terus meminta Uang Ganti Rugi dari Jerman. alias ‪#‎UUD‬ (Ujung-Ujungnya Duit).

‪#‎SUMBER‬
- "Forgotten Victims: Blacks in the Holocaust." Journal of Negro History 77, no. 1 (1992), by Robert Kesting
- "Die Olympischen Spiele 1936", released by the Cigaretten-Bilderdienst.

Album Foto 98. Infanterie-Division di Front Timur

Foto berwarna yang langka ini diambil dari album milik 98. Infanterie-Division / IX.Armeekorps / 3.Panzerarmee / Heeresgruppe Mitte sewaktu mereka bertugas di Gzhatsk, sebuah kota yang sekaligus menjadi pusat administrasi Distrik Gagarinsky di Smolensk Oblast,Uni Soviet. Rentang waktunya adalah musim panas 1942 dan musim dingin 1942/43.









































Sumber :
www.gzhatsk.net