Wednesday, July 27, 2011

Peralatan Lapangan Prajurit Jerman


Oleh : Alif Rafik Khan

A: Peralatan lapangan prajurit infanteri (Feldausrüstung des Mannes) dimulai dari ikat pinggang kulit dan kepalanya (Koppel und Koppelschloss), kantong peluru M1911 (Patronentasche 11), sekop kecil dan bungkusnya (kleines Schanzzeug und Tasche), senjata-tangan S84/98 (Seitengewehr – orang Jerman menyebutnya sebagai “senjata-tangan” daripada bayonet - Bajonett), dan pembungkus senjata-tangan untuk prajurit non-penunggang kuda (Seitengewehrtasche für Unberittene). Selain itu ada pula kaleng pembungkus masker gas M1930 (Tragbüsche für Gasmaske 30) dengan kantong kain gas (Gasplane) di selempang bahu, kantong roti M1931 (Brotbeutel 31) dan botol minum M1931 beserta cangkirnya (Feldflasche 31 und Trinkbecker). Benda-benda yang disebutkan ini merupakan peralatan dasar, tidak hanya bagi prajurit infanterie tapi juga bagi prajurit-prajurit dari unit lainnya. Meskipun beberapa unit tertentu telah mendapat jatah pengait ikat pinggang dan pengikat bahu 1939 tambahan, tapi benda ini tidak digunakan secara luas. Semua peralatan ini ditempelkan ke badan dengan ditopang oleh empat buah kaitan kawat samping yang bisa dicopot dan disematkan di pinggang. Ini lalu menjadi cantolan bagi “jaringan” pengikat yang integral.

B: Peralatan lapangan tropis prajurit infanteri (Tropisch Ausrüstung) di Afrika Utara hampir seluruhnya terbuat dari bahan kanvas dan anyaman dengan hanya sedikit penggunaan bahan kulit. Bahan metal dicat dengan warna hijau alang-alang, kuning pasir, atau coklat muda, dan kadang-kadang bercampur dengan peralatan kulit masa kolonial. Peralatan ini di antaranya adalah set pengikat ikat pinggang tropis, ikat pinggang tropis dan kepalanya, magasin senapan mesin MP38/MP40 tropis (Maschinenpistole Magazintaschen), sekop kecil dan bungkus tropisnya, bayonet S84/98 dan pembungkus tropisnya, kaleng pembungkus masker gas M1938 dan kantong gas tropis di pengikat bahu, kantong roti tropis, dan dua botol air lapangan tropis (perhatikan dua jenis cangkir yang berbeda!). Salah satu dari ini diikatkan dengan menggunakan simpal balik tambahan (Aufschiebeschlaufen) yang pada awalnya ditujukan sebagai titik pengikat utama bagi selempang depan bilamana kantong peluru tidak dkenakan.

C: Peralatan awak senapan mesin di antaranya adalah pendukung ikat pinggang dengan selempang tambahan (Koppeltraggestell mit Helfstageriemen), ikat pinggang dan kepalanya, kantong spare-part M1934 (Ersatztücketasche 34), sarung pistol P08 (Pistolentaschen P08) dengan pistol Luger 9mm, sekop lipat dan bungkusnya (Klappspaten und Tasche), kaleng pembungkus masker gas M1938 dengan kain gas yang dibalik (untuk meminimilasir benturan) di selempang bahu, kantong roti M1931 dan botol minum M1931. Di pinggir adalah bungkus peralatan bengkel untuk perbaikan senapan mesin M1934 (Werkzeugtasche 34), sementara benda yang disematkan ke pendukung ikat pinggang adalah satu pak peralatan tempur untuk kompi senapan infanteri (Gefechtsgepäck für Infanterie Schützenkompanien) yang terdiri dari kerangka pak jaringan semi-rigid berbentuk trapesium (Gurtbandtragegerüst) dan sebuah tas kecil untuk pak tempur (Beutel zum Gefechtsgepäck). Yang juga diikatkan kesana adalah kain tenda M1931 (Zeltbahn 31) dan periuk masak M1931 (Kochgeschirr 31). Kadang-kadang, kantong aksesoris tenda (Zeltzubehörstache), yang digambarkan di pinggir, ikut ditambahkan ke ikatan.

D: Peralatan prajurit Zeni Serang (Pioniersturmgepäck) direkatkan ke ikat pinggang dan pendukungnya (Koppeltraggestell für Infanterie). Ini adalah pendukung model lama yang ditambahkan selempang tambahan dan mulai diperkenalkan bulan April 1940. Peralatan yang ada di dalamnya termasuk kantong granat tangan samping, bayonet S84/98 dan pembungkusnya untuk prajurit penunggang kuda (Seitengewehrtasche für Berittene), kantong zeni yang berisi (dari atas ke bawah): periuk masak, periuk asap NbK39, dan kompartemen peledak. Selain itu, ada pula botol minum M1931 yang ditambahkan ke kaitan tambahan, juga bahan peledak bergaris karet dan kantong masker gas samping. Gergaji tangan, yang dibawa menggunakan kantong kulit buatan sendiri, biasanya ikut disertakan pula di samping bayonet.

Selain dari barang-barang pasukan tempur yang disebutkan di atas, beberapa variasi item tambahan juga kadang disertakan. Kantong roti dapat memuat ransum baja (Eiserne Portion) setengah atau penuh, juga perkakas makan, kontainer daging (Fleischbüchse), kotak lemak (Fettdose), kompor lapangan kecil yang dapat dilipat (Esbit Kocker), tablet bahan-bakar (Esbit Brennstoff), peralatan pembersih karabin M1934 (Reinigungsgerät 34), peralatan mencuci (Waschzeug), peralatan cukur (Rasierzeug), peralatan jahit (Nähzeug), dan topi lapangan ketika sedang tidak dipakai. Peralatan untuk kepentingan pribadi biasanya dikumpulkan dalam sebuah kantong kain kecil yang diikat dengan menggunakan tali kolor, persis emak-emak zaman baheula kalo nyimpen uang.

Dengan diperkenalkannya set perangkat tempur, beberapa item yang tadinya dijejalkan ke kantong roti kemudian dimasukkan ke kantong kecil yang diperuntukan khusus untuk itu. Sebagai contoh: kaos dalam, peralatan pembersih karabin, perkakas makan, kotak lemak, kompor kecil, satu kaleng ransum daging darurat, dan tali untuk mengikat tenda.

Pakaian tambahan dan barang-barang sekunder lain dimasukkan ke tas M1934 atau M1939 (Tornister 34 Oder 39). Pakaian tambahan di luar itu, yang tidak dibutuhkan di lapangan dalam waktu normal, dibawa dengan menggunakan tas pakaian M1931 (Bekleidungssack 31) yang berukuran kecil dan dibuat dari bahan kanvas. Tas ini (dan tas pakaian) biasanya tidak ikut dibawa-bawa saat bertempur dan diangkut dengan menggunakan kereta kompi bersama dengan kebutuhan unit dan suplai lainnya. Prajurit yang tidak kebagian tas atau ransel mendapat tas pakaian sebagai gantinya.




Sumber : Buku "The German Army Blitzkrieg 1939-41" karya Gordon Rottman dan Ron Volstad

Peralatan Lapangan Unit dan Individu Prajurit Jerman



Oleh : Alif Rafik Khan

A: Peralatan ringan awak mortir. Awak mortir ringan dari peleton senapan mendapat pembagian jatah empat buah kekang pembawa M1939 (Traggestell 39) agar bisa mengangkut laras meriam IGW36 5cm, pelat dudukan, dan boks amunisi yang mampu menampung 10 buah peluru mortir. Kekang ini terbuat dari rangka pipa besi hitam yang dilengkapi dengan rak pendukung yang bisa dilipat dan direkatkan dengan “jaring” khusus ke bahu dan selempang pinggang. Kantong kanvas yang berfungsi sebagai pembawa peralatan tempur menjadi sebuah komponen dari frame yang sudah ada. Sejumlah kecil frame ini dibagikan kepada unit-unit infanteri pada tahun 1939 sebagai pengganti jaring kekang tempur karena kurangnya pasokan benda yang disebutkan terakhir. Peralatan ini kemudian dimodifikasi dengan dicopotnya selempang bahu yang digantikan dengan ring pengait ‘D’ sehingga frame tersebut bisa ditempelkan ke selempang pendukung ikat pinggang. Item lainnya yang termasuk ke dalam peralatan buat awak mortir adalah ikat pinggang dan kepalanya, sarung pistol P08, sekop kecil buat infanteri dan pembawanya (Spaten für Infanterie und Tasche), kantong roti M1931, botol air 1 liter untuk pasukan gunung (Flasche Für Gebirgstruppen), dan skala pengukur jarak dan isi (Stabschußtafel). Sekop untuk infanteri sudah biasa dipakai oleh unit-unit Jerman yang berasal dari Austria di awal-awal perang. Produksi botol air untuk pasukan gunung sendiri dihentikan pada tahun 1943.

B : Peralatan awak senapan mesin. Untuk anggota unit-unit senapan mesin MG34 biasanya diberi jatah berbagai jenis peralatan. Item-item yang hanya khusus diberikan kepada unit senapan mesin berat mendapat tanda bintang (*).

B1 : Teromol magasin M1934 (Patronentrommel 34). Magasin “teromol pelana” 75-round membutuhkan sebuah cover pengumpan khusus yang ditempelkan ke MG34. Karena masalah teknis, magasin jenis ini kemudian tidak digunakan lagi dari sejak tahun 1940.

B2 : Dua buah teromol magasin M1934 50-round (Gurttrommel 34) yang dapat dibawa-bawa dengan menggunakan sabuk pembawa teromol magasin (Gurttrommelträger 34). Magasin “Teromol keranjang” ini dapat menampung sabuk 50-round.

B3 : Kotak peralatan M1934 (Werkzeugtasche 34). Kotak ini berisi ekstraktor peluru yang dapat dibongkar-pasang, kaleng oli, kontainer sulfur plastic (dicampur dengan oli sebagai pelumasnya), sikat pembersih, dan ring pelindung pembidik dari udara.

B4 : Teropong optik M1934 dan bungkusnya (Zielfernröhr 34 und Tasche).* Versi improvisasi M1940 yang sedikit berbeda dari pembidik tembakan jarak jauh ini juga hadir. Keduanya mempunyai kemampuan berpenerang sendiri sehingga dapat digunakan di waktu malam.

B5 : Pencari jarak M1934 dan bungkusnya (Entfernungsmesser 34 und Tasche).* Produksi kaki-kaki 70cm-nya berbarengan dengan mulai dikuranginya penggunaan pencari jarak ini dalam peperangan, meskipun dia masih digunakan untuk keperluan lain. Benda ini juga dibagikan kepada para awak mortir berat.

B6 : Kontainer peluru M1941 (Patronenkasten 41). Kaleng amunisi yang terbuat dari alumunium atau besi ini dapat menampung enam buah sabuk 50-round yang disatukan atau satu buah sabuk 250-round. Sebuah kantong pembawa amunisi berperangkat jaring M1934 (Munitionstrageericht 34) dapat difungsikan untuk membawa salah satu dari kontainer ini atau sabuk pembawa teromol magasin (lihat B2 di atas).

B7 : Pelindung satu-laras M1934 (Laufschüter 34). Awak senapan mesin mendapat jatah laras cadangan: dua untuk senapan mesin ringan dan tiga untuk yang berat. Pasukan senapan mesin berat biasanya mendapat pelindung dua-laras M1934 (Laufbehälter 34)* yang tidak digambarkan disini.

C : Peralatan pasukan Zeni (Pioniere). Di luar dari perlengkapan kelas berat, pasukan Zeni juga diperlengkapi dengan peralatan ringan seperti di bawah ini:

C1 : Sekop zeni dengan bungkusnya. Alat ini mempunyai seruk yang dapat dibongkar-pasang dan dapat ditempelkan ke ransel zeni M1934 atau M1939.

C2 : Gunting kawat kecil dengan dua tipe bungkus berbahan kulit sepanjang 16 inci.

C3 : Gunting kawat besar dengan bungkus berbahan kulit atau kanvas sepanjang 24 inci. Kedua jenis gunting kawat ini mempunyai sekat pegangan bertenaga listrik.

C4 : Gergaji tangan dengan bungkus kulit, bayonet S84/98, pembawa senjata-tangan untuk pasukan penunggang kuda atau bermotor, dan seruk sekop 16 inci. Ini digunakan sebagai pengganti peralatan penggali ringan.

D : Peralatan pemantik elektrik. Tiga tipe mesin pemantik untuk memicu bahan peledak secara elektrik biasa digunakan oleh pasukan zeni. Mesin peledak ini dapat memicu arus listrik yang cukup kuat untuk secara berurutan meletuskan sampai 100 sumbat peledak. Semuanya dilengkapi dengan pegangan yang dapat dibongkar-pasang, yang biasa dibawa oleh si prajurit zeni secara terpisah demi alasan keamanan.

D1 : Peralatan pemantik elektrik M1926 (Glühzündapparat 26).

D2 : Peralatan pemantik elektrik M1937 (Glühzündapparat 37).

D3 : Peralatan pemantik elektrik M1939 (Glühzündapparat 39).

D4 : Peralatan penguji untuk pemantik elektrik (Prüfgerät für Glühzündapparat 26). Penguji hambatan elektrik ini ikut dibagikan bersama dengan ketiga Peralatan pemantik elektrik di atas dan juga merupakan salah satu komponen dari set peralatan peledak elektrik M1940 (Zündgerät 40).

Catatan :

Item-item yang disebutkan disini terdiri dari berbagai macam variasi warna. Kebanyakan benda yang berbahan metal dicat abu-abu lapangan (abu-abu hijau) atau hitam. Dari tahun 1941 warnanya dirubah menjadi hijau zaitun. Bahan-bahan metal yang digunakan oleh pasukan Afrikakorps di gurun Afrika kadang-kadang dicat ulang dengan warna hijau alang-alang, coklat atau kuning pasir. Selama berlangsungnya musim dingin di Rusia, adalah biasa untuk mencat segala sesuatu dengan warna putih, termasuk item-item di atas. Peralatan pemantik elektrik biasanya dicat hitam, sementara komponen jaring pengikat berwarna abu-abu lapangan, hijau alang-alang, atau coklat muda. Benda-benda berbahan kulit biasanya berwarna hitam, meskipun warna coklat tua banyak dipakai juga terutama untuk versi-versi awal.



Sumber :
Buku "The German Army Blitzkrieg 1939-41" karya Gordon Rottman dan Ron Volstad

Tuesday, July 26, 2011

Dijual! Propaganda Nazi Jerman dan Perang Dunia II!

Bagi para penggemar sejarah Perang Dunia II terutama yang berkaitan dengan Nazi Jerman, saya ingin membagi koleksi video-video propaganda asli yang saya miliki. Untuk mendapatkannya, caranya sangat sederhana : transfer uang sebesar 60 ribu rupiah ke rekening BCA dengan nomor 3770149389 atau Mandiri 9000003384550 (Sukabumi) atas nama ALIF RAFIK KHAN. Setelah itu, e-mail judul DVD yang anda inginkan (2 judul) ke alamat : alifrafikkhan@gmail.com atau ke HP 0856-2007755, plus alamat pengiriman. Setelah konfirmasi diterima, saya akan mengcopy dan mengirimkannya langsung menggunakan TIKI Kilat (sampai 1 hari), dan semua video dalam format DVD. Jadi untuk 60 ribu rupiah yang anda keluarkan (termasuk ongkos kirim), anda akan mendapatkan 2 DVD propaganda berharga yang bernilai sejarah, sesuatu yang tentunya sangat penting bagi para pemerhatinya! Untuk pembelian 6 DVD ke atas, maka saya kasih diskon menjadi 50 ribu / 2 DVD. So, tunggu apa lagi? BTW, harga dihitung per-keping DVD bukan per-judul. Untuk film yang mempunyai beberapa seri/DVD sudah saya cantumkan keterangannya, kalau tidak ada keterangannya berarti dia hanya terdiri dari satu DVD.


MÄNNER GEGEN PANZER - MEN AGAINST TANKS (1943)
Terdiri dari dua film reenactment zaman Nazi yang mengetengahkan strategi prajurit infanteri bertempur dalam menghadapi tank-tank musuh. Secara lengkap diperlihatkan senjata-senjata genggam tangan yang dipergunakan. Salah seorang pemerannya adalah peraih Ritterkreuz dan Panzervernichtungsabzeichen Wilhelm Niggemeyer. Teks Inggris


GRAF ROTHKIRCHS KRIEG (2005)
Merupakan kumpulan film-film pribadi milik General der Kavallerie Edwin Graf von Rothkirchs und Trach. Sang jenderal memang merupakan seorang penggila film yang gemar mengabadikan apa saja yang dilihatnya. Audio Jerman tanpa teks


E-BOOK THIRD REICH ARCHIVES COLLECTION
Kumpulan lebih dari 170 arsip langka zaman Nazi Jerman yang kini telah didigitalisasi menjadi format PDF. Meskipun usianya sudah puluhan tahun, tapi kondisi tulisan dan gambarnya masih jelas terlihat. Khusus untuk anda para kolektor atau peneliti serius! Harga Rp 30.000,-


E-BOOK GERMAN WAR MACHINES COLLECTION
Berisi 113 buah e-book (PDF) tentang mesin perang Jerman dalam Perang Dunia II dari panzer, pesawat, artileri, u-boat, sampai mesin-mesin perang rahasia yang jarang diketahui. Dalam format DVD, Harga Rp 30.000,-


2.200 LAGU (LIED) ERA THIRD REICH DALAM 2 DVD
Dua set DVD komplit yang memuat 2.200 lebih lagu terkenal era Nazi Jerman dan Perang Dunia II, ditambah bonus lagu-lagu militer dari negara lain (Uni Soviet, Inggris, Amerika dll.). Harga Rp 60.000,-


DER DEUTSCHE SCHARFSCHÜTZE (1944)
Film propaganda yang membeberkan pelatihan para sniper Wehrmacht, khususnya dari Luftwaffe. Disini diceritakan dengan detail trik-trik agar anda dapat "tidak terlihat" di wilayah musuh. Teks Inggris


HITLER GEBURTSTAGPARADEN (1933-1945)
Cuplikan perayaan ulang tahun Adolf Hitler tahun 1933, 1936, 1939, 1942 dan 1945. Memang sebagian dari kualitas film dokumenter asli Jerman ini kurang bagus (terutama yang tahun 1933), tapi bagi para penggemar Hitler tentunya tidak akan jadi masalah, karena kita akan disuguhi parade militer pasukan Nazi dengan segala kebesarannya!

KAMPF UM NORWEGEN - FELDZUG 1940 (1940)
Ini
adalah film propaganda Nazi masa perang yang menceritakan tentang penyerbuan Jerman ke Norwegia dan Denmark yang berlangsung dengan sukses. Film dokumenter ini sempat hilang tapi kemudian muncul kembali dalam sebuah lelang internet tahun 2005. Sayangnya tanpa teks baik Indonesia maupun Inggris, sementara aslinya sendiri (tentu saja) dengan pengantar bahasa Jerman


LEIBSTANDARTE SS ADOLF HITLER IM EINSATZ (1939-1941)
Propaganda Jerman dalam Perang Dunia II yang menceritakan sepak terjang Divisi Panzer SS pertama Leibstandarte Adolf Hitler dalam masa-masa awal perang, dari medan pertempuran Polandia, Negara-Negara Bawah, Prancis, Balkan dan Rusia. Bagi yang senang dengan Sepp Dietrich bisa puas-puasin melihat orang ini karena dialah komandan Leibstandarte saat itu!


OLYMPIA (1938)
Bagi yang ingin mengetahui serba-serbi Olimpiade Berlin tahun 1936, maka film propaganda hasil karya Leni Riefenstahl ini adalah sumber yang paling harus dimiliki. Dari upacara pembukaan sampai penutupan, dengan beragam cabang olahraga yang ditampilkan. Yang mengejutkan adalah saat parade para atlit negara-negara peserta Olimpiade yang sebagiannya memberi salam Nazi terhadap Hitler! Terdiri dari dua DVD+ekstra (Rp 60.000,-). Teks Inggris


TRIUMPH DES WILLENS (1935)
Hasil karya monumental Leni Riefenstahl, yang lebih dikenal sebagai TRIUMPH OF THE WILL. Film ini disebut-sebut sebagai pelopor film dokumenter modern, dan disini kita bisa melihat kehebatan Jerman dengan Adolf Hitlernya sebelum perang. Asyiknya lagi, bagi yang tidak mengerti bahasa Jerman ada teks bahasa Inggrisnya!


WEHRMACHT COLLECTION 5 IN 1 (1939-1940)
Kumpulan lima film propaganda Nazi Jerman masa Perang Dunia II yang memperlihatkan ketangguhan pasukan Wehrmacht terutama Fallschirmjäger (pasukan parasut). Bahasa asli Jerman tanpa teks


INDIË PARAAT (1940-1941)
Kumpulan propaganda masa Hindia-belanda yang menampilkan banyak sisi kehidupan di zaman penjajahan Belanda menjelang datangnya Jepang. Dengan kualitas gambar yang luar biasa bening, anda akan mendapati klip-klip menarik, di antaranya adalah: Suasana kota Batavia tahun 1941 dalam video berwarna (!), parade militer pasukan KNIL di acara Koninginnedag (Ulang Tahun Ratu Wilhelmina), kebudayaan Indonesia dari Sumatera sampai Papua, dan sebagainya. Audio Belanda tanpa teks



DE JAPANSE OVERHEERSING (1942-1943)
Kalau yang ini kumpulan propaganda produksi Nippon Eigasha yang menggambarkan masa-masa kejayaan Jepang di bumi Nusantara. Dengan kualitas gambar yang luar biasa bening, anda akan mendapati klip-klip menarik, di antaranya adalah: menyerahnya Belanda di Kalijati tanggal 8 Maret 1942, penerimaan sukarelawan Indonesia di Heiho dan PETA (ada adegan lucunya juga!), film kartun perang Jepang, dan lain-lain. Audio Indonesia dan Jepang



NEDERLANDERS GEÏNTERNEERD EN DE CAPITULATIE VAN JAPAN (1944-1945)
Ini merupakan penutup dari kedua DVD sebelumnya. Dengan kualitas gambar yang luar biasa bening, anda akan mendapati klip-klip menarik, di antaranya adalah: kedatangan Perdana Menteri Tojo ke Jawa, pidato Ir. Soekarno dalam mendukung Jepang, menyerahnya Jepang kepada Sekutu di Indonesia, nasib orang-orang Belanda yang ditawan Jepang, dan lain-lain. Audio Indonesia dan Jepang

Friday, July 22, 2011

Foto Ernst Udet, Mantan Jagoan Udara Perang Dunia I yang Menjadi Jenderal Luftwaffe

Generaloberst Ernst Udet (26 April 1896 - 17 November 1941) adalah mantan jagoan udara Kekaisaran Jerman dalam Perang Dunia Pertama. Dia adalah salah satu pilot jagoan termuda kali itu dan juga pilot dengan pencapaian tertinggi yang berhasil selamat keluar dari perang (dengan 62 kemenangan udara terkonfirmasi, dia merupakan jagoan udara Jerman paling sukses no.2 dalam Perang Dunia Pertama setelah Manfred von Richthofen!). Dalam Perang Dunia II Udet dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 4 Juli 1940 sebagai General der Flieger dan Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe / Reichsluftfahrtministerium. Kisah hidupnya berakhir tragis saat dia bunuh diri dengan pistol bulan November 1941 setelah mengalami depresi akibat menjadi kambing hitam kegagalan Luftwaffe dalam mengganti jumlah pesawat yang menjadi korban peperangan. Sebelum bunuh diri dia menulis di papan tulis diatas ranjang kematiannya: "Reichsmarschall, mengapa kau mengkhianatiku?". Dalam perjalanan menuju upacara pemakaman Udet, jagoan udara terbaik Luftwaffe saat itu, Oberst Werner Mölders, tewas setelah pesawatnya mengalami kecelakaan di Breslau. Udet dan Mölders kemudian dikuburkan berdampingan di Invalidenfriedhof Berlin. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (24 September 1915); 1914 Eisernes Kreuz I.Klasse (20 Maret 1916); Königlich Preußisches Militär-Flugzeugführer-Abzeichen; Ehrenbecher für dem Sieger im Luftkampf (17 Agustus 1916); Königlich Württembergische Verdienstkreuz mit Schwertern (4 November 1916); Ritterkreuz des Königlichen Preußen Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern (13 November 1917); Pour le mérite (9 April 1918); Lübeckisches Hanseatenkreuz (24 Agustus 1918); Hamburgisches Hanseatenkreuz (17 September 1918); Verwundetenabzeichen 1918 in Silber; Ehrenmedaille Deutscher Aero Club e.V. für besondere Verdienste; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV. Klasse; Gemeinsames Flugzeugführer- und Beobachterabzeichen in Gold mit Brillanten; 1939 Spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse; serta Grossoffizierkreuz des Königlich Bulgarische Militär-Verdienstorden mit Schwertern




Ernst Udet muda



Ernst Udet berdiri di depan pesawat Albatros D. III (1917)



Ernst Udet sebagai jagoan terbang dalam Perang Dunia Pertama. Dia tercatat sebagai pilot Jerman dengan jumlah kemenangan tertinggi kedua (62) dan hanya kalah dari Manfred von Richthofen (80). Yang menggantung di lehernya bukanlah tokay (???), melainkan medali paling bergengsi Jerman saat itu, Pour le mérite, yang didapatnya tanggal 9 April 1918 sebagai Leutnant der Reserve dan Führer der Jagdstaffel 4/ Jagdgeschwader Richthofen


Kalau yang ini foto yang sama tapi telah mendapatkan sentuhan pewarnaan secara digital. Yang nongkrong di bawah medali 1914 Eisernes Kreuz I klasse adalah Imperial Pilot's Badge (Kgl. Preussen Flugzeugführer-Abzeichen)


Para jagoan udara terkemuka Jerman dalam Perang Dunia I, difoto bulan September 1918. Dari kiri ke kanan: Eduard Ritter von Schleich (1888-1947, 35 kemenangan), Bruno Loerzer (1891-1960, 44 kemenangan), Hermann Göring (1893-1946, 22 kemenangan), Ernst Udet (1896-1941, 62 kemenangan), dan Heinrich Bongartz (1892-1946, 33 kemenangan). Semuanya adalah peraih Pour le mérite, dan semuanya juga kelak menjadi tokoh-tokoh Luftwaffe di masa Perang Dunia II!


Ernst Udet di atas pesawat tahun 1920 setelah pendaratan di gleyser Trient (Mont Blanc) dalam usahanya menyalurkan makanan untuk ekspedisi film Prancis yang sedang melakukan pengambilan gambar disana. Tampak Udet dengan bangga memakai Pour le mérite yang didapatnya dalam Perang Dunia I


Ernst Udet di atas pesawat "U12 Flamingo" (dengan tanda pengenal "Udet D822") tahun 1926. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pesawat ini bisa berkunjung KESINI


Ernst Udet sebagai pilot pesawat sayap ganda U 12 Flamingo bertulisan "UDET" dalam acara udara besar di Berlin-Staaken bulan April 1928. Bersamanya adalah (dari kiri ke kanan) Marga von Etzdorf dan Gerhard Fieseler. Dalam libur paskah tahun tersebut telah diselenggarakan dua acara penerbangan besar, yang salah satunya diselenggarakan di Staaken. Puncak acaranya adalah penampilan pesawat Bleriot yang bersejarah (yang digunakan oleh pilot Bleriot menyeberangi Selat Inggris tahun 1909)


Ernst Udet di tahun 1928


Ernst Udet menjadi tamu kehormatan dalam acara Aero Club Paris (Prancis) yang diselenggarakan pada tahun 1928. Dia tercatat sebagai pilot Jerman pertama yang diundang oleh perkumpulan bergengsi tersebut! Selain Udet (kedua dari kanan), juga terlihat dalam foto ini René Paul Fonck, pilot terdahsyat kedua dalam Perang Dunia I dengan 75 kemenangan (kedua dari kiri), dan Pierre Etienne Flandin, Presiden Aero Club (raksasa yang berdiri di tengah!)


Ernst Udet bersama dengan Thea Rasche, pilot akrobatik wanita terkenal Jerman, di Lapangan udara Tempelhof Berlin bulan September 1928 dalam acara aerobatik raksasa yang dihadiri oleh seratus ribu penonton. Dua orang yang menjadi bintang dalam acara ini adalah Udet dan Rasche


Masih dalam acara aerobatik raksasa di Lapangan Udara Tempelhof Berlin. Disini Ernst Udet berpose bersama skuadron akrobatik udaranya yang telah memukau para penonton dalam acara ini


Ernst Udet bertemu dengan Presiden American Legion, Colonell Savage, yang sedang mengadakan kunjungan ke Berlin bulan Agustus 1930


Ernst Udet di atas pesawat sayap ganda Flamingo-Doppeldecker (1931) dalam usahanya menyelamatkan tim Italia yang tersesat di Spitzbergen


Ernst Udet menyambut kedatangan pilot akrobatik terkenal Amerika Alford Williams di Berlin, bulan Juli 1931. Tak lama giliran Udet yang mengunjungi Amerika pertengahan Agustus untuk melakukan serangkaian pertunjukan akrobat udara bersama dengan Williams. Di foto ini kita bisa melihat betapa pendeknya Udet (untuk ukuran Eropa) dengan tinggi "hanya" 160 cm!


Para pilot terbaik di dunia dalam kompetisi terbang internasional yang diselenggarakan di Cleveland, Amerika Serikat, bulan Agustus 1931. Dari kiri ke kanan: Kapten Bolesław Orliński (Polandia), Flight Commander Robert Atcherly (Inggris), Mayor Alois Kubita (Cekoslowakia) Lieutenant A. Williams (Amerika), Major Ernst Udet (Jerman) dan Letnan Kolonel Mario de Benardi (Italia)


  
Pertemuan 19 orang mantan penerbang Kekaisaran Jerman dalam Perang Dunia Pertama - yang juga adalah peraih Pour le Mérite - di Landwehr-Kasino, Berlin, dalam acara 'Friedrichstag' pada tanggal 23 Januari 1934. Friedrichstag sendiri adalah peringatan kelahiran dari Friedrich The Great, pemimpin terbesar Prusia yang memerintah dari tahun 1740 s/d 1786. Sebagai identifikasinya, duduk di baris depan dari kiri ke kanan: Robert Ritter von Greim (Pour le Mérite pada tanggal 14 Oktober 1918 sebagai Oberleutnant dan Staffelführer Jagdstaffel 34), Bruno Loerzer (Pour le Mérite pada tanggal 12 Februari 1918 sebagai Oberleutnant dan Staffelführer Jagdstaffel 26), dan Ernst Udet (Pour le Mérite pada tanggal 9 April 1918 sebagai Leutnant der Reserve dan Staffelführer Jagdstaffel 4). Berdiri dari kiri ke kanan: Dr.Ing. h.c. Hermann Köhl (pakaian sipil. Pour le Mérite pada tanggal 21 Mei 1918 sebagai Hauptmann dan Kommandant Bombengeschwader der Obersten Heeresleitung Nr. 7), Hans-Georg Horn (Pour le Mérite pada tanggal 23 Desember 1917 sebagai Leutnant dan Beobachter Infanterie-Flieger), Carl "Charly" Degelow (Pour le Mérite pada tanggal 8 November 1918 sebagai Leutnant dan Jagdlieger di Jagdstaffel 40), Heinrich Bongartz (Pour le Mérite pada tanggal 23 Desember 1917 sebagai Leutnant dan Staffelführer Jagdstaffel 36), Karl Bolle (Pour le Mérite pada tanggal 21 Agustus 1918 sebagai Rittmeister dan Staffelführer Jagdstaffel 2), Paul Freiherr von Pechmann (seragam Angkatan Darat. Pour le Mérite pada tanggal 31 Juli 1917 sebagai Oberleutnant dan Beobacher di Feldflieger-Abteilung 6), Josef Veltjens (pakaian sipil. Pour le Mérite pada tanggal 16 Agustus 1918 sebagai Oberst der Reserve dan Kommandant Jagdgeschwader II), Gotthard Sachsenberg (seragam Angkatan Laut. Pour le Mérite pada tanggal 5 Agustus 1918 sebagai Oberleutnant zur See dan Kommandant Marine Jagdgruppe Flandern), Josef Jacobs (Pour le Mérite pada tanggal 18 Juli 1918 sebagai Leutnant dan Staffelführer Jagdstaffel 7), Erich Homburg (Pour le Mérite pada tanggal 13 Oktober 1918 sebagai Oberleutnant dan Führer Flieger-Abteilung 260), Albert Müller-Kahle (Pour le Mérite pada tanggal 13 Oktober 1918 sebagai Oberleutnant dan Führer Flieger-Abteilung 6), Oskar Freiherr von Boenigk (Pour le Mérite pada tanggal 25 Oktober 1918 sebagai Oberleutnant dan Kommandeur Jagdgeschwader 2), Arthur Laumann (Pour le Mérite pada tanggal 25 Oktober 1918 sebagai Leutnant dan Staffelführer Jagdstaffel 10), Eduard Ritter von Schleich (Pour le Mérite pada tanggal 4 Desember 1917 sebagai Oberleutnant der Reserve dan Staffelführer Jagdstaffel 32b), Otto Könnecke (Pour le Mérite pada tanggal 26 September 1918 sebagai Leutnant dan Flieger di Jagdstaffel 5), dan Julius Buckler (Pour le Mérite pada tanggal 4 Desember 1917 sebagai Leutnant dan Flieger di Jagdstaffel 17) - dua yang disebut terakhir tidak terlihat di foto ini dan berada di sebelah kanan von Schleich

Pertunjukan udara raksasa di Lapangan Udara Tempelhof Berlin yang diselenggarakan pada paskah tahun 1934 (tepatnya di bulan Maret). Dari kiri ke kanan: Bürgermeister (Walikota) Oskar Maretzki, anak perempuan Erhard Milch, istri Erhard Milch (Käte Milch, aslinya bernama Käte Patschke), Erhard Milch, dan Ernst Udet. Milch dan Udet mengenakan seragam DLV (Deutscher Luftsportverband) yang merupakan cikal-bakal Luftwaffe dengan Udet sebagai ketuanya


Buku "Mein Fliegerleben" yang menceritakan biografi Ernst Udet dan diterbitkan untuk pertama kalinya tahun 1935


Oberst Ernst Udet


Ernst Udet (4) dalam upacara perayaan berdirinya lapangan udara Schleissheim ke-25 di tahun 1937. Nomor 1 adalah Josef Kammhuber, sementara nomor 2 adalah Ludwig Wolff


Erhard Milch dan Ernst Udet di tahun 1937



Pada tanggal 5 Oktober 1937, General der Flieger Erhard Milch (Staatssekretär zum Reichsluftfahrtministerium) dan Generalmajor Ernst Udet (Direktor des Technischen Amts der Luftwaffe im Reichsluftfahrtministerium) melakukan kunjungan ke Prancis. Mereka tiba di bandara Le Bourget, Paris, dan disambut langsung oleh Jenderal Philippe Féquant (Panglima Angkatan Udara Prancis) serta Johannes von Welczeck (Duta Besar Jerman untuk Prancis). Selanjutnya adalah acara inspeksi pasukan penjaga kehormatan yang diiringi oleh lagu kebangsaan dari kedua negara.


Ernst Udet saat baru tiba di lapangan udara Bourget (Prancis) barengan dengan Erhard Milch tanggal 5 Oktober 1937. Disini dia sedang bersalaman dengan jagoan udara Prancis Michel Détroyat



Foto para perwira tinggi Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) yang diambil pada tanggal 18 Oktober 1937. Baris depan dari kiri ke kanan: Generalmajor Ernst Udet (Direktor des Technischen Amts der Luftwaffe im Reichsluftfahrtministerium), General der Flieger Erhard Milch (Generalinspekteur der Luftwaffe), Generalleutnant Hans-Jürgen Stumpff (Chef des Generalstabes der Luftwaffe), dan Generalmajor Ralph Wenninger (Luftwaffenattaché an der Deutschen Botschaft in London). Milch dan Stumpff mengenakan ledermantel (mantel kulit) M36 yang biasa dipakai oleh para perwira/jenderal Wehrmacht, yang terdiri dari dua baris kancing, dua saku pinggir, serta manset "Prancis". Kancingnya dipasang dengan mesin, dan dilengkapi dengan dua saku ritsleting di bagian dalam. Bagian belakangnya terbelah dua untuk mengantisipasi saat si pemakai mengendarai sepeda motor atau kuda. Terdapat pula dua buah sabuk pengikat berbahan sama: di bagian kaki untuk membuat jubah tetap membujur ke bawah, serta di bagian pinggang untuk tetap menahan jubah saat kondisi berangin kencang


Hanna Reitsch berbicara dengan Generalmajor Ernst Udet (tengah, pangkat terakhir Generaloberst) dan Dipl.-Ing. Roluf Lucht (pangkat terakhir Generalstabs-Ingenieur) selama berlangsungnya tes penerbangan Focke-Wulf Fw 61 V2


Dari kiri ke kanan: Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef Oberkommando der Wehrmacht), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Generalfeldmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe), Generalmajor Ernst Udet (Direktor des Technischen Amts der Luftwaffe im Reichsluftfahrtministerium), SS-Untersturmführer Heinz Linge (tertutup oleh Udet, Persönlicher Ordonnanzoffizier des Führers), dan Generaladmiral Erich Raeder (Oberbefehlshaber der Kriegsmarine). Foto ini diambil pada tanggal 13 Juni 1938, pada saat berlangsungnya latihan militer Luftwaffe di Barth, Pommerania, yang terletak di wilayah pantai Laut Baltik. Disini Hitler menyempatkan diri untuk berpidato di hadapan 40 orang jenderal Wehrmacht. Yang unik adalah, dalam foto ini sang Führer (dan juga Göring) mengikatkan tali topi mereka ke dagu karena kencangnya angin, suatu hal yang tidak biasa!


 Dari kiri ke kanan: Generalfeldmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Generalmajor Ernst Udet (Direktor des Technischen Amts der Luftwaffe im Reichsluftfahrtministerium), Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef Oberkommando der Wehrmacht), dan Major Rudolf Schmundt (Chefadjutant des Heeres beim Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht). Foto ini diambil pada tanggal 13 Juni 1938, pada saat berlangsungnya latihan militer Luftwaffe di Barth, Pommerania, yang terletak di wilayah pantai Laut Baltik. Disini Hitler menyempatkan diri untuk berpidato di hadapan 40 orang jenderal Wehrmacht. Yang unik adalah, dalam foto ini sang Führer (dan juga Göring) mengikatkan tali topi mereka ke dagu karena kencangnya angin, suatu hal yang tidak biasa!

Generalfeldmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe) terlihat sedang ngadu huntu dengan Generalmajor Ernst Udet (Direktor des Technischen Amts der Luftwaffe im Reichsluftfahrtministerium). Foto ini diambil pada tanggal 13 Juni 1938, pada saat berlangsungnya latihan militer Luftwaffe di Barth, Pommerania, yang terletak di wilayah pantai Laut Baltik. Disini Hitler menyempatkan diri untuk berpidato di hadapan 40 orang jenderal Wehrmacht. Disini Göring mengenakan Blutorden di saku kanannya, tapi anehnya dia tidak mengenakan medali kebanggaan Pour le Mérite di lehernya! BTW, jenderal Heer yang sedang mendongak ke angkasa di sebelah kiri adalah Generaloberst Walther von Brauchitsch (Oberbefehlshaber des Heeres)


Generalfeldmarschall Hermann Göring sedang ngadu huntu dengan Generalmajor Ernst Udet tanggal 25 Juni 1938


Rekor penerbangan baru "Condor": Dari New York ke Berlin dalam waktu 19 jam 54 menit (14 Agustus 1938). General der Flieger Erhard Milch menyambut para pilot, dari kiri ke kanan: Generalmajor Hans-Jürgen Stumpff, Oberbürgermeister Dr. Julius Lippert, Flugkapitän Dipl.-Ing. Alfred Henke, Hauptmann Rudolf Freiherr von Moreau, Oberfunkermaschinist Paul Dierberg, Oberflugzeugfunker Walter Kober, Reichssportführer Hans von Tschammer und Osten, dan Generalmajor Ernst Udet


Acara sore para "gentleman" yang diselenggarakan oleh Lilienthal-Gesellschaft di Neuen Palais (Potsdam) tanggal 11 Oktober 1938. Dari kiri ke kanan: Generalmajor Ernst Udet, General der Flieger Erhard Milch, Prof.Dr.-Ing. Ernst Heinkel dan ora gelem wadon bae ble'e-ble'e (baca: tidak diketahui)


Ernst Udet sebagai Generalleutnant dan Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe/Generalinspekteur der Jagdflieger. Di seragamnya kita bisa melihat empat buah medali: Pour le mérite (9 April 1918), Königlich Preußisches Militär-Flugzeugführer-Abzeichen, Gemeinsames Flugzeugführer- und Beobachterabzeichen in Gold mit Brillanten, dan 1914 Eisernes Kreuz I.Klasse. Semuanya adalah medali dari zaman Perang Dunia Pertama



Para jenderal dan laksamana Wehrmacht berdiri di tribun kehormatan dalam acara puncak perayaan ulangtahun Adolf Hitler yang ke-50, yang diselenggarakan di Berlin pada tanggal 20 April 1939. Mereka semua kompak memakai paradeanzug (seragam parade), lengkap dengan feldbinde (ikat pinggang brokat), auszeichnungen (baris medali) dan schnurr (tali bahu). Baris depan dari kiri ke kanan: Generaloberst Erhard Milch (Generalinspekteur der Luftwaffe), General der Flieger Hans-Jürgen Stumpff (Chef der Luftwehr), Generalleutnant Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef Planungsamts der Luftwaffe), Admiral Max Bastian (Präsident Reichsfürsorge- und Versorgungsgerichts der Wehrmacht), dan Generalmajor Friedrich Fahnert (Höheren Kommandeur Luftnachrichtenschule Berlin). Sebagai identifikasi tambahan: Generalleutnant Walter Petzel (Inspekteur der Artillerie) adalah cowok berkacamata yang berdiri di belakang Fahnert; Generalmajor Hermann von Hanneken (Bevollmächtigter für Eisen- und Stahl auch zum Leiter der Hauptabteilung II Industrie) berdiri diantara Bastian dan Fahnert, Generaloberst Wilhelm List (Oberbefehlshaber Heeres-Gruppenkommando 5) diantara Udet dan Bastian, serta General der Flieger Friedrich Christiansen (Korpsführer NSFK) diantara Stumpff dan Udet. Foto ini sendiri dibuat oleh fotografer pribadi Hitler, Hugo Jaeger. Perhatikan bahwa Milch dan Stumpff sama-sama memakai Star of Yugoslavian Order of the Crown di dada mereka!


Jenderal Udara Angkatan Darat Prancis Valle dalam kunjungannya ke Jerman saat baru tiba di Lapangan Udara Staaken di Berlin, 24 Juni 1939. Disini dia sedang berbicara dengan Generalleutnant Ernst Udet dan Generaloberst Erhard Milch. Foto ini nongol juga dalam majalah "Die Wehrmacht" terbitan 5 Juli 1939 halaman 31


Ernst Udet (sebagai Kepala Kantor Teknik RLM) dengan serius mendengarkan pemaparan konstruktor Anderson tentang pintu masuk dua bagian dari pesawat Bücker Bü 181 V1


Foto Ernst Udet yang telah diwarnai secara digital oleh Alex K (Dmytro). Disini kita bisa melihat betapa indahnya Kleiner Rock (jaket jenderal Luftwaffe) yang dikenakan oleh Udet, lengkap dengan pita lengan peringatan "Richthofen 1917/18". Foto ini memperlihatkan
Ernst Udet sebagai Generalflugzeugmeister dengan pangkat Generaloberst, difoto tahun 1940. Selain Pour le mérite yang didapatnya dalam Perang Dunia I, ikut bertengger pula di lehernya medali Ritterkreuz yang diperolehnya tanggal 4 Juli 1940 sebagai General der Flieger dan Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamtes/RLM

Schirmmütze putih milik Ernst Udet (perhatikan foto sebelumnya!). Topi ini ditawarkan oleh lembaga lelang 36.Hermann Historica atau Hanseatisches Auktionhaus beberapa tahun yang lalu dan terjual seharga 10.500 DM. Satu yang jelas, topi ini bukanlah yang dikenakan oleh Udet dalam foto dari tahun 1940 tersebut, dan hanya digunakan sebagai pembanding. Terus kalau begitu berapa biji topi putih yang dimiliki oleh Udet? Untuk jawabannya, tanyakan saja sama sepiteng yang bergoyang!


Ernst Udet mengenakan perpaduan medali Pour le Mérite dan Ritterkreuz


Kunjungan para petinggi Luftwaffe ke markas Luftnachrichten-Regiment 10. Dari kiri ke kanan: Major Otto Prinz (pangkat terakhir: Generalmajor), Oberstleutnant Wolfgang Martini (pangkat terakhir: General der Luftnachtrichtentruppe), Erhard Milch, Ernst Udet, dan Oberst Paul-Bernhard Schneider (komandan Luftnachrichten-Regiment 10)


Masih dalam rangka kunjungan ke Luftnachrichten-Regiment 10. Disini Ernst Udet bersama dengan seorang Leutnant yang namanya tak terbaca (Johannssen? Hofmann?)


Generaloberst Ernst Udet di dalam pesawat


Dua orang Generaloberst: Hans-Jürgen Stumpff dan Ernst Udet di Reichsjägerhof yang terletak di Rominten tahun 1940. Reichsjägerhof sendiri adalah pondok yang biasa dipakai oleh Hermann Göring saat berburu


 Para pilot jagoan Luftwaffe dan Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) berfoto bersama di Prancis tanggal 4 September 1940. Dari kiri ke kanan: Hauptmann Wilhelm Balthasar (Gruppenkommandeur III./JG 3); Hauptmann Walter "Gulle" Oesau (Gruppenkommandeur III./JG 51), Oberstleutnant Adolf Galland (Geschwaderkommodore JG 26 "Schlageter"); Ernst Udet; Oberstleutnant Werner Mölders (Inspekteur der Jagdflieger); Hauptmann Rolf Pingel (Gruppenkommandeur I./JG 26 "Schlageter"); dan Leutnant Hartmann Grasser (Flugzeugführer di II./ZG 2)


Kemungkinan besar diambil pada waktu yang sama dengan foto sebelumnya: Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) bersama dengan Oberstleutnant Adolf Galland (Geschwaderkommodore JG 26 "Schlageter") dan Oberstleutnant Werner Mölders (Inspekteur der Jagdflieger). Galland dan Mölders adalah dua orang pertama yang dianugerahi medali paling bergengsi Third Reich, Brillanten zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub und Schwerter! Perhatikan bahwa medali Brillanten disini adalah hasil tempelan, karena pada saat foto ini diambil (Desember 1940), keduanya belumlah mendapatkannya!



Para petinggi Luftwaffe di tahun 1941. Dari kiri ke kanan: General der Flieger Bruno Loerzer (Kommandierender General II. Fliegerkorps), General der Flieger Wolfram Freiherr von Richthofen (Kommandierender General VIII. Fliegerkorps), Generalleutnant Joachim Coeler (Kommandierender General IX. Fliegerkorps), Generalfeldmarschall Albert Kesselring (Chef Luftflotte 2), Generalfeldmarschall Hugo Sperrle (Chef Luftflotte 3), Oberst Josef "Beppo" Schmid (Chef 5. Abteilung vom Generalstab der Luftwaffe und Generalstabsoffizier im Ministeramt des Oberbefehlshaber der Luftwaffe im Reichsluftfahrtministerium), Reichsmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe), Generalmajor Günther Korten (Chef des Generalstabes Luftflotte 4), Generalfeldmarschall Erhard Milch (Generalinspekteur der Luftwaffe), General der Flieger Hans Jeschonnek (Chef des Generalstabes der Luftwaffe), Generaloberst Hans-Jürgen Stumpff (Chef Luftflotte 5), Generalleutnant Wilhelm Speidel (Chef der deutschen Luftwaffenmission in Rumänien), General der Flieger Gustav Kastner-Kirdorf (Chef der Luftwaffenpersonalamt), Generalleutnant Hans-Georg von Seidel (Generalquartiermeister der Luftwaffe), Generalleutnant Otto Deßloch (Kommandierender General II. Flakkorps), Generaloberst Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe), dan SS-Oberführer Dr. Erich Gritzbach (Chef des ”Stabsamtes des Reichsmarschalls des Großdeutschen Reiches”)
 

Upacara pemakaman Generaloberst Ernst Udet yang diselenggarakan tanggal 21 November 1941. Oberstleutnant Adolf Galland (depan kiri) memimpin barisan peraih Ritterkreuz Luftwaffe saat mengiringi peti jenazah Udet. Versi resmi menyebutkan bahwa jenderal mantan jagoan udara Perang Dunia I ini meninggal karena kecelakaan pesawat di Landasan Udara Johannisthal saat mencoba pesawat baru di hari senin tanggal 17 November 1941, sementara kenyataannya dia mati karena bunuh diri!



 Upacara pemakaman Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) yang diselenggarakan di Luftministerium di Berlin tanggal 21 November 1941. Oberstleutnant Adolf Galland (Geschwaderkommodore JG 26 "Schlageter") berbaris paling depan di kiri, sementara Major Günther Lützow (Geschwaderkommodore JG 3) di sebelah kanannya. Di belakang Lützow adalah Major Walter Storp (Gruppenleiter II in Führungsstab der Luftwaffe/RLM)


Upacara pemakaman Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) yang diselenggarakan bulan November 1941. Adolf Hitler meletakkan karangan bunga. Oberstleutnant Adolf Galland (Geschwaderkommodore JG 26 "Schlageter") dan Major Günther Lützow (Geschwaderkommodore JG 3) berdiri paling depan sebagai penjaga kehormatan, sementara Major Walter Oesau (Geschwaderkommodore JG 2) berdiri di belakang Galland
 

Upacara pemakaman Generaloberst Ernst Udet yang diselenggarakan bulan November 1941. Close up para penjaga kehormatan yang semuanya adalah para jagoan udara Jerman, dari kanan ke kiri: Adolf Galland, Walter Oesau dan Dietrich Peltz


Upacara pemakaman Generaloberst Ernst Udet yang diselenggarakan bulan November 1941. Close up para penjaga kehormatan yang semuanya adalah para jagoan udara Jerman: Günther Lützow berdiri paling depan


Upacara pemakaman Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) yang diselenggarakan bulan November 1941. Adolf Hitler memberi salam Nazi di hadapan peti jenazah Udet sementara Oberstleutnant Adolf Galland (Geschwaderkommodore JG 26 "Schlageter") dan Major Günther Lützow (Geschwaderkommodore JG 3) berdiri paling depan sebagai penjaga kehormatan
 

Upacara pemakaman Generaloberst Ernst Udet yang diselenggarakan bulan November 1941. Reichsmarschall Hermann Göring memberikan pidato, sementara Ritterkreuzträger yang berdiri paling kiri adalah Günther Lützow. Dua orang perwira yang di tengah membawa bantal yang berisi medali-medali yang telah diraih oleh Udet selama karirnya. Bantal khusus semacam ini dinamakan dengan Ordenskissen


Upacara pemakaman Generaloberst Ernst Udet yang diselenggarakan bulan November 1941. Reichsmarschall Hermann Göring memberikan pidato


 Upacara pemakaman Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) yang diselenggarakan tanggal 21 November 1941. Kali ini penjaga kehormatannya kalah "glamour" dibandingkan sebelumnya!


 Upacara pemakaman Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) yang diselenggarakan tanggal 21 November 1941. Jenazah sang mantan jagoan udara Jerman dalam Perang Dunia Pertama tersebut kini diantarkan menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Invalidenfriedhof. Oberstleutnant Adolf Galland (depan kiri) memimpin barisan peraih Ritterkreuz Luftwaffe saat mengiringi peti jenazah Udet, sementara di belakangnya mengikuti Major Walter Oesau (Geschwaderkommodore JG 2) dan Hauptmann Dietrich Peltz (Kommandeur II./KG 77). Memakai seragam cerah di latar belakang adalah Reichsmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe) yang berjalan dengan diikuti oleh barisan jenderal Wehrmacht

Upacara pemakaman Generaloberst Dr.-Ing. h.c. Ernst Udet (Generalluftzeugmeister und Chef des Planungsamts der Luftwaffe) yang diselenggarakan pada tanggal 21 November 1941. Jenazah sang mantan jagoan udara Jerman dalam Perang Dunia Pertama tersebut - yang kemudian mati karena bunuh diri - kini diantarkan menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Invalidenfriedhof, Berlin. Reichsmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe) memimpin para jenderal Wehrmacht yang berjalan di belakang peti jenazah. Tepat berada di depan Göring adalah barisan jagoan udara Luftwaffe yang bertindak sebagai penjaga kehormatan, dari kiri ke kanan: Hauptmann Gordon Gollob (Gruppenkommandeur II.Gruppe / Jagdgeschwader 3) dan Major Günther Freiherr von Maltzahn (Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 53). Sementara itu, yang berada di baris pertama di belakang Göring adalah, dari kiri ke kanan: General der Flieger Bruno Loerzer (Kommandierender General II. Fliegerkorps), General der Infanterie Georg Thomas (Chef Wehrwirtschafts und Rüstungsamt), Generaloberst Hubert Weise (Luftwaffen-Befehlshaber Mitte), Dr. ing. Prof. h.c. Fritz Todt (Reichsminister für Bewaffnung und Munition) yang mengenakan seragam kehormatan Generalmajor Luftwaffe, serta General der Flieger Karl-Heinrich Bodenschatz (Chef des Ministeramts des Reichsministers für Luftfahrt und Oberbefehlshaber der Luftwaffe)


Makam Ernst Udet di Invalidenfriedhof Berlin (difoto bulan Februari 2006) . Dia dikuburkan berdampingan dengan jagoan Luftwaffe Werner Mölders dan Wolf von Stutterheim. Mölders sendiri tewas dalam kecelakaan pesawat di Breslau tanggal 22 November 1941 saat hendak menghadiri upacara pemakaman Udet!


Kuburan Generalmajor Wolf von Stutterheim (depan), Generaloberst Ernst Udet (atas kiri) dan Oberst Werner Mölders (atas kanan) di kompleks pemakaman Invalidenfriedhof di Berlin. Kuburan Stutterheim sendiri dipindahkan kesini di musim panas tahun 2008, sementara foto ini diambil tanggal 22 Juni 2008

Lukisan Ernst Udet sebagai Generalleutnant Luftwaffe


Satu-satunya pesawat Curtiss Hawk Export yang masih tersisa, yang dipiloti oleh Ernst Udet saat berlangsungnya Olimpiade Berlin 1936. Difoto oleh Szymon Wlazlowski di Museum Penerbangan Krakow (Polandia) tahun 2005


Koleksi miras punya Ernst Udet yang disimpan di dalam pesawat Siebel Fh 104 A-0 kepunyaannya. Kini benda tersebut disimpan Deutsches Technikmuseum Berlin, dan foto ini sendiri diambil tanggal 20 Februari 2007. BTW, jangan harap anda menemukan merk-merk semacam "Cap Tikus" atau "Topi Miring" di atas!


Film produksi B&W Jerman tahun 1955 yang menceritakan tentang kehidupan Ernst Udet dan dibintangi oleh aktor kenamaan saat itu Curt Jürgens, "Des Teufels Generals" (The Devil's General). Film ini menampilkan banyak seragam asli masa Perang Dunia II yang fantastis, terutama Luftwaffe dan SS/SD


Berminat mendapatkan patung perunggu Ernst Udet setinggi 14 inci dan berat 23 pound? Anda bisa membelinya seharga 3.500 dolar DISINI


Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi pribadi Larrister
Foto koleksi pribadi Todd Glysen
www.attila-the-hunny.tumblr.com

www.audiovis.nac.gov.pl
www.ciford.gazduire-domeniu.com
www.commons.wikimedia.org
www.en.wikipedia.org
www.forum.axishistory.com

www.historicalwarmilitariaforum.com
www.life.com
www.theaerodrome.com
www.thirdreichcolorpictures.blogspot.com
www.wehrmacht-awards.com
www.zahar.com.br