Sunday, January 31, 2010

Hubungan Antara Vatikan Dan Nazi Jerman!

Uskup Reich Ludwig Müller (yang naik ke tampuk jabatannya pada tahun 1933, bertepatan dengan naiknya Adolf Hitler menjadi Reichskanzler) merupakan simpatisan Nazi kelas berat, terbukti dari NSDAP-Hoheitsabzeichen (Medali Rajawali Partai Nazi) dan Feldschnalle (bar) yang tersemat di jubahnya!


Adolf Hitler meninggalkan Gereja Marine di Wilhelmshaven. Hitler sendiri mengaku terang-terangan bahwa dia adalah seorang penganut Katolik


Bendera Swastika Nazi berkibar dengan anggunnya di katedral Cologne tahun 1937


Sebuah bukti baru terungkap dalam Arsip rahasia Vatikan yang mengindikasikan bahwa Paus Pius XII (Sri Paus pada masa perang dunia kedua yang sebelumnya merupakan diplomat berpengaruh dari Vatikan bernama Eugenio Pacelli) mungkin secara tidak langsung telah berperan dalam kebangkitan Adolf Hitler!

Bukti ini merupakan hasil investigasi dari seorang pria bernama John Cornwell, yang mendapatkan akses ke dalam ruang arsip Vatikan dengan tujuan membebaskan sri paus sebelumnya itu dari tuduhan bersalah. Namun, Cornwell malah menemukan dirinya dalam semacam ‘ situasi keterkejutan moral’ dengan penemuannya, sehingga buku karyanya, "Hitler’s Pope", menjadi sebuah karya yang sangat berbeda dari konsep awalnya.


Cornwell sebelumnya telah berusaha berhati-hati dengan argumen-argumen tertentu darinya, menghilangkan beberapa prasangka motif jahat yang sebelumnya ia anggap ditujukan pada sang Paus, dan menekankan pada kenyataan bahwa ia ‘tidak mungkin menghakimi’ Sri Paus ini atas aksi-aksi di masa perang ini. Sebaliknya, ia menekankan kenyataan bahwa di sisi lain Paus Pius telah menolong orang-orang Yahudi dengan mengatur sebuah deportasi di Hungaria yang menyelamatkan, katanya sih, 800.000 nyawa. Pada saat yang sama, terdapat bukti-bukti yang sulit untuk diabaikan dan layak untuk diperiksa lebih jauh.

Bagian terbesar dari karya Cornwell berpusat pada tahun-tahun awal Pacelli ketika menjabat sebagai duta kepausan di Münich, sebuah jabatan yang dipangkunya dengan tujuan untuk membangun kembali kekuatan absolut Vatikan dalam sebuah bangsa yang selama lebih dari 400 tahun telah menikmati otonomi religius yang luar biasa. Pada saat inilah, dalam surat-suratnya kepada kardinal Sekretaris Negara Vatikan masa itu (antara tahun 1917 dan 1919), Pacelli mengungkapkan adanya permusuhan laten terhadap anggota-anggota kelompok yang menurutnya adalah ‘sebuah aliran Yahudi’, dan dilukiskan sebagai orang-orang yang 'pucat, kotor, bermata kosong, bersuara kasar, vulgar, menjijikan, dengan wajah yang pintar dan lihai.’ Secara tersirat pun sudah dapat dibayangkan bagaimana pandangan Pacelli terhadap orang-orang yahudi pada saat itu.

Setelah berkuasa pada tahun 1933, Hitler mengalihkan perhatian sepenuhnya pada penandatanganan perjanjian Reich Concordat dengan Pacelli, yang saat itu telah kembali ke Vatikan dan menjabat sebagai Kardinal Sekretaris Negara. Syarat-syarat yang disampaikan oleh sang diktator telah diperhitungkan untuk membatalkan oposisi Vatikan terhadap partai Nazi, dengan imbalan kemungkinan untuk dimasukannya hukum kanonik bagi warga Katolik Jerman. Pihak Vatikan telah mendorong Partai Pusat Katolik Jerman untuk menandatangani surat akta yang akan memberikan izin yang secara efektif membubarkan salah satu partai oposisi paling signifikan terhadap Reich Ketiga dan akhirnya memberi Hitler sebuah kekuatan diktatorial yang tidak terkendali.

Sebagai hasilnya, jutaan orang Katolik bergabung dalam partai Nazi karena percaya bahwa partai itu mendapat dukungan total dari Sri Paus sendiri. Sementara itu, Hitler secara terbuka memuji perjanjian ini sebagai ‘hal yang sangat signifikan’ dalam perjuangan melawan golongan Yahudi internasional’. Mulai saat inilah, semua kritik-kritik dari orang Katolik Jerman terhadap partai Nazi harus disalurkan melalui Vatikan, tetapi pada saat yang sama, tidak pernah terdengar atau terlihat tindakan dari Vatikan. Hal ini sebagian besar adalah akibat dari posisi keras kepala Pacelli sendiri.

Pada musim panas tahun 1938, saat Paus Pius XI terbaring sekarat, ia tiba-tiba menjadi resah memikirkan kebangkitan fasisme dan anti-Yahudi Eropa. Namun, tiba-tiba semuanya menjadi terlambat. Paus Pius XI tiba-tiba ditemukan telah wafat hanya beberapa jam sebelum ia membacakan pidatonya yang akan mengutuk fasisme yang diprakarsai Hitler.

Sementara itu, Pacelli terpilih menjadi Paus setelah tiga kali pemungutan suara dan dinobatkan menjadi Paus Pius XII pada tanggal 12 Maret 1939. Salah satu dari aksi-aksi perdananya adalah bertemu dengan otoritas Jerman dan memastikan dukungannya kepada partai Nazi. Pada bulan berikutnya, atas permintaan Pacelli, duta kepausan di Berlin menyelenggarakan sebuah gala resepsi untuk merayakan ulang tahun Hitler yang ke-50. Sementara itu, perang sudah di depan mata.

Hitler menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939. Meskipun pihak sekutu sangat terkejut, Paus Pius XII tidak berkomentar apapun. Ia menolak untuk mengutuk pihak Nazi bahkan saat perang meluas dan korban menggunung di kedua belah pihak, meskipun baru pada tahun 1942. Dan ketika dunia barat terbangun melihat kenyataan tentang 'Solusi Terakhir' (yang disebut-sebut sebagai perintah Hitler untuk pemusnahan Yahudi, meskipun pada kenyataannya telah dibantah oleh David Irving dalam bukunya), kebisuan pihak kepausan menjadi sangat mengganggu.

Pada tanggal 16 Juni, surat kabar Inggris, "Daily Telegraph", menerbitkan artikel di halaman depan tentang pemusnahan orang Yahudi. Kurang dari satu minggu kemudian, sebuah pawai besar dilakukan di lapangan Madison Square Gardens, New York menuntut dunia untuk campur tangan dalam krisis ini. Pada bulan September, Presiden Roosevelt mengirim perwakilan pribadi ke Vatikan dengan harapan dapat memicu reaksi Sri Paus, namun tindakan Roosevel ternyata sia-sia, Sri Paus tetap saja keras kepala. Pada saat itu hanya Vatikanlah yang benderanya berkibar di seantero dunia melewati samudera-samudera, sehingga sedikit saja anggukan dari Sri Paus saat itu akan memicu jutaan reaksi dari umat Katolik diseluruh dunia, dan jika itu terjadi, dunia Katolik akan bangkit untuk bersatu.

Yang terjadi justru hanya dalam pesan natalnya pada tahun yang sama, (seminggu setelah utusan dari Inggris untuk Vatikan secara pribadi menyerahkan satu berkas berisi dokumentasi tentang pemusnahan orang Yahudi dalam kamp-kamp konsentrasi yang tersebar di seluruh Eropa dengan jumlah yang cukup untuk meyakinkan Sri Paus), Paus Pius XII akhirnya mau berbicara. Namun, apa yang disampaikan begitu samar sehingga ia sepertinya tetap mempertahankan kebisuannya. Dalam pesan natal itu tidak disebutkan nama ‘Nazi’ atau ‘orang Yahudi’, hanya sebuah referensi samar tentang ‘ribuan orang’ telah dibunuh karena ‘kebangsaan atau rasnya.’

Bila pengutukan yang tidak jelas itu menandai sebuah perubahan dalam kebijakan terhadap Nazi, maka hal itu kurang signifikan untuk mampu menyelamatkan ribuan orang Yahudi yang dikumpulkan di jalan-jalan kota Roma oleh para serdadu SS, tepat di depan mata Sri Paus, kurang dari setahun kemudian. Dari mereka yang diasingkan, hampir semuanya terbunuh.


Sumber :
www.cruciality.wordpress.com
www.nobeliefs.com
www.thenoock.com


Tuesday, January 26, 2010

Daftar 5 Orang Generalfeldmarschall Luftwaffe (Marsekal Angkatan Udara) Jerman 1935-1945


Robert Ritter von Greim (22 Juni 1892 - 24 Mei 1945)
Generalfeldmarschall (25 April 1945)
Generaloberst (16 Februari 1943)
General der Flieger (19 Juli 1940)
Generalleutnant (1 Januari 1940)
Generalmajor (1 Februari 1938)
Medali tertinggi : Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (24 Juni 1940) mit Eichenlaub (2 April 1943) und Schwertern (28 Agustus 1944)






Albert
Konrad Kesselring
(30 November 1885 - 15 Juli 1960)
Generalfeldmarschall (19 Juli 1940)
General der Flieger (1 Juni 1937)
Generalleutnant (1 April 1936)
Generalmajor (1 Oktober 1934)
Medali tertinggi : Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (30 September 1939) mit Eichenlaub (25 Februari 1942), Schwerter (18 Juli 1942) und Brillanten (19 Juli 1944)


Erhard
Alfred Richard Oskar Milch
(30 Maret 1892 - 25 Januari 1972)
Generalfeldmarschall (19 Juli 1940)
Generaloberst (1 November 1938)
General der Flieger (20 April 1936)
Generalleutnant (28 Maret 1935)
Generalmajor (24 Maret 1934)
Medali tertinggi : Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (4 Mei 1940)


Wolfram
Karl Ludwig Moritz Hermann Freiherr von Richthofen
(10 Oktober 1895 - 12 Juli 1945)
Generalfeldmarschall (16 Februari 1943)
Generaloberst (1 Februari 1942)
General der Flieger (19 Juli 1940)
Generalmajor (1 Oktober 1935)
Medali tertinggi : Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (17 Mei 1940) mit Eichenlaub (17 Juli 1941)


Wilhelm Hugo Sperrle (7 Februari 1885 - 2 April 1953)
Generalfeldmarschall (19 Juli 1940)
General der Flieger (1 November 1937)
Generalleutnant (1 April 1937)
Generalmajor (1 Oktober 1935)
Medali tertinggi : Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (17 Mei 1940)


Pangkat Nazi Jerman


Oleh : Alif Rafik Khan


PANGKAT JENDERAL DAN PERWIRA TINGGI


Pangkat SS

Pangkat Wehrmacht

Pangkat Amerika

Pangkat Indonesia

Der oberste Führer der Schutzstaffel. Der Führer Adolf Hitler

Oberste Führer (Adolf Hitler)

President

Presiden

Reichsführer-SS

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

None

General-Feldmarschall

General of the Army

Jenderal Bintang 5

SS-Oberstgruppen-Führer

Generaloberst

General

Jenderal

SS-Obergruppenführer

General der Infanterie, der Artillerie etc.

Lieutenant General

Letnan Jenderal

SS-Gruppenführer

Generalleutnant

Major General

Mayor Jenderal

SS-Brigadeführer

Generalmajor

Brigadier General

Brigadir Jenderal

SS-Oberführer

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

SS-Standartenführer

Oberst

Colonel

Kolonel

SS-Obersturmbannführer

Oberstleutnant

Lieutenant Colonel

Letnan Kolonel

SS-Sturmbannführer

Major

Major

Mayor

SS-Hauptsturmführer

Hauptmann

Captain

Kapten

SS-Obersturmführer

Oberleutnant

1st Lieutenant

Letnan Satu

SS-Untersturmführer

Leutnant

2nd Lieutenant

Letnan Dua


PANGKAT PERWIRA RENDAH DAN PRAJURIT



SS-Sturmscharführer

Stabsfeldwebel

Sergeant Major

Sersan Mayor

SS-Standarten-Oberjunker

Oberfähnrich

Tidak ada

Sersan Kepala

SS-Hauptscharführer

Oberfeldwebel

Master Sergeant

Sersan Satu

SS-Oberscharführer

Feldwebel

Sergeant 1st Class

Sersan Dua

SS-Standartenjunker

Fähnrich

Tidak ada

Tidak ada

SS-Scharführer

Unterfeldwebel

Staff Sergeant

Kopral Kepala

SS-Unterscharführer

Unteroffizier

Sergeant

Kopral Satu

SS-Rottenführer

Obergefreiter

Corporal

Kopral Dua

SS-Sturmmann

Gefreiter

Tidak ada

Prajurit Kepala

SS-Oberschütze

Oberschütze

Private 1st Class

Prajurit Satu

SS-Schütze

Schütze

Private

Prajurit Dua

Catatan :

1. Penggunaan nama ‘Reichsführer-SS’ digunakan untuk pemegang jabatan kepala gabungan Waffen dan Allgemeine-SS. Pemegang jabatan ini sendiri, yang paling lama adalah Heinrich Himmler (baru tahu ya kalau Himmler bukan satu-satunya Reichsführer SS?). tak ada jabatan yang serupa, sebanding atau sama tingkatannya di negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Koleksi Propaganda Nazi Jerman

Propaganda sukarelawan Ustasa dari Kroasia


 "Para Bolsevik akan terusir keluar dan tak akan pernah kembali" adalah isi dari poster propaganda yang dibagikan oleh 11. Armee pimpinan Generalfeldmarschall Erich von Manstein di Krim. Poster ini saling berhubungan dengan memorandum rahasia Manstein yang memerintahkan agar sistem "Judeo-Bolsevik" dimusnahkan serta menimbulkan kesan bahwa Wehrmacht menjadi alat utama Nazi dalam upaya tersebut


Panzer Deine Waffe!


Gambar cover dari pamflet yang disebarkan oleh para simpatisan Partai Nazi untuk mendukung naiknya Hitler ke tampuk kekuasaan dalam pemilihan umum tahun 1932. Bunyi dari pamflet itu sendiri (Hitler über Deutschland) artinya adalah Hitler di atas Jerman


Propaganda dari tahun 1943 yang menyalahkan Yahudi atas meletusnya Perang Dunia II


Propaganda Nazi pada awal Perang Dunia II yang secara cerdik mengadu domba antara Polandia dengan sekutu 'terdekatnya', Inggris. Sementara seorang prajurit Polandia yang kepayahan berteriak-teriak memohon bantuan negaranya yang sedang diluluhlantakkan pasukan Wehrmacht, Perdana Menteri Inggris saat itu, Neville Chamberlain, malah diam saja tak melakukan apa-apa


Poster yang disebarkan oleh Der Sturmer, media yang termasuk corong partai Nazi yang terkenal sengit anti-Yahudi dan diprakarsai oleh Julius Streicher. Slogan ini telah dibuat dari sejak tahun 1923 yang kalau diterjemahkan berarti "Saat para Yahudi tertawa"


Propaganda yang menekankan pentingnya bekerja bagi para pekerja Jerman, sama dengan prajurit yang 'kerjaannya' berjuang di front depan


Propaganda untuk menarik sukarelawan Waffen-SS asal Belanda, tentu saja dalam bahasa mereka!




 Beberapa propaganda yang memperlihatkan elemen-elemen dari Aufklärungs-Abteilung (Detasemen Pelopor/Pengintai) sedang beraksi. Mereka mempunyai Waffenfarbe kuning


Sumber :
Buku "Where The Iron Crosses Grow: The Crimea 1941-44" karya Robert Forczyk

Saturday, January 23, 2010

Seorang Erwin Rommel Di Mata Supir Pribadinya!

Achtung! Ini bukan foto tokoh utama kali ini, Rudolf Schneider, melainkan foto dari orang bernama Helmut von Leipzig. Lah, kenapa do'i jadi ikutan nongkrong? Soalnya selain Schneider, dia juga tercatat sebagai salah satu supir Erwin Rommel di padang Afrika, dan juga mempunyai kisah tersendiri pengalamannya selama ngalor ngidul kemana-mana bareng "The Desert Fox"!


Salah satu foto Rommel bersama supirnya dan perwira Italia dengan menaiki mobil Horch Kfz 15. Tidak ada keterangan mengenai nama sang supir. Apakah dia Helmut von Leipzig ataukah Rudolf Schneider? Lihat saja tampangnya dan bandingkan dengan foto di atas dan di bawah!


Nah, yang ini baru foto dari Rudolf Schneider (duduk) sewaktu bertugas bersama Deutsche Afrikakorps di Afrika


Rudolf Schneider (kanan) bersama dengan John Riggs, mantan musuh berat dalam perang di Afrika Utara yang kini menjadi teman dekat


Oleh : Alif Rafik Khan


Dalam musim panas tahun 1941, dua grup tentara Jerman dan Inggris bertemu di padang pasir Libya yang panasnya amit-amit. Bukannya saling menembak, kedua pihak yang bermusuhan ini malah bertukar rokok sebelum mereka berpisah. Apa yang membuat pertemuan ini lebih luar biasa lagi adalah fakta bahwa Erwin Rommel, panglima pasukan Jerman di Afrika Utara, ikut berada disana!


Kisah pertemuan singkat yang luar biasa dan tak pernah terungkap sebelumnya ini, mengemuka dalam pertemuan antara grup veteran Inggris dengan Rudolf Schneider, mantan tentara Afrika Korps yang mengingat dengan jelas gencatan senjata sementara tersebut karena di hari itulah dia menjalankan tugasnya sebagai supir pribadi Erwin Rommel. Dalam dua tahun yang penuh gejolak, melintasi padang-padang pasir yang membentang di antara Libya dan Mesir dengan memakai kendaraan pengintai rampasan dari Inggris, Herr Schneider menjadi salah satu bagian dari pasukan pelindung elit di sekeliling Rommel. Bisa dibilang, telah 500 mil hamparan padang pasir dia jelajahi dengan ahli strategi terkenal tersebut berada di sampingnya! Hmmm... nikmaat.


Herr Schneider mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang fasih, yang dipelajarinya sewaktu masih menjadi pelajar agrikultur sub-tropis. Dia berkata bahwa rendezvous langka antara Rommel, yang bernama lain Serigala Padang Pasir, dengan unit pengintai Inggris, adalah satu dari dua peristiwa yang memperlihatkan baik sisi kemanusiaan dan kebrutalan pertempuran yang terjadi di Afrika Utara. Herr Schneider, yang saat ini berusia 86 tahun, berkata, “Prajurit biasa tidak bertindak berdasarkan pada kebencian. Ketika kami bertemu dengan tentara Inggris di gurun pada saat itu, kami jauh dari mana-mana. Tak ada alasan untuk menembak. Kami lalu saling bertukar rokok dan aku menyempatkan diri bicara dengan si perwira Inggris. Inilah salah satu pengalaman langka yang aku masih ingat betul. Ada pula kala kami begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh musuh.”


“Rommel sangat menikmati setiap kesempatan berkeliling ke front terdepan. Kami akan pergi jauh ke padang pasir demi keperluan penyelidikan. Satu waktu dari kejauhan kami melihat 14 orang prajurit Jerman yang tampaknya sedang tertidur. Ketika didekati, kami terkejut begitu mendapati bahwa mereka semua telah terbunuh dengan digorok lehernya! Tak jauh dari sana kami menemukan sebilah Kukri, pisau khas yang biasa digunakan oleh prajurit Gurkha Inggris. Aku masih menyimpan pisau tersebut.”


Ganasnya pertempuran demi pertempuran yang berkobar di padang pasir Afrika Utara dan dilakukan oleh prajurit-prajurit muda yang mempertaruhkan nyawa jauh dari kampung halaman, telah digantikan oleh rasa ikatan persahabatan yang kuat di antara mantan-mantan musuh. Hal ini sangat jelas terlihat ketika Herr Schneider bertemu dengan lima orang mantan prajurit Desert Rats, termasuk seorang supir ambulans yang secara tidak sengaja mengarahkan kendaraannya ke posisi panzer Jerman yang saat itu kebetulan sedang mendapat inspeksi khusus dari Rommel. Apa yang terjadi? Si supir naas, yang bengong ketika melihat sang legenda berdiri tepat di depan batang zakarnya, malah disuruh untuk balik lagi ke wilayahnya oleh Generalfeldmarschall Rommel, dengan Herr Schneider berada di sisinya! “Kita sekarang menjadi teman, teman dekat.” Katanya. “Ada masa dimana aku pernah menjadi prajurit Jerman dan mereka prajurit Inggris, tapi saat ini begitu sulitnya untuk mengerti kenapa kita harus saling membunuh satu sama lain. Rommel selalu merupakan prajurit kelas satu yang ksatria tiada dua dan selalu mengedepankan prinsip-prinsip dasar peperangan. Kami tak pernah lupa bahwa yang kami hadapi di medan perang adalah sesama manusia juga yang mempunyai perasaan dan hati.”


Veteran Jerman yang berasal dari Stauchitz di dekat Dresden ini bergabung dengan Wehrmacht di usianya yang ke-18 pada tahun 1941, dan langsung dimasukkan menjadi anggota pasukan Hitler yang bertugas di Afrika Utara. Sebelumnya Schneider ditugaskan di Irak, dimana kemampuannya yang berharga akan persenjataan Inggris dan Sekutu membuatnya mendapat penilaian khusus di mata para komandannya. Setelah tiba di Libya, Schneider ditempatkan di Kampfstaffel Khiel, sebuah pasukan pelindung dan pengintai pribadi di sekeliling Erwin Rommel yang beranggotakan 386 orang. Di masa 18 bulan selanjutnya, Rommel hampir-hampir membawa pasukan Sekutu bertekuk lutut di kakinya. Panglima Jerman berotak cemerlang ini dikenal karena serangan-serangannya yang berani sampai masuk jauh ke wilayah kekuasaan Inggris, seringkali dengan mengesampingkan protes dan saran dari staff seniornya sendiri!


Herr Schneider melanjutkan, “Aku adalah salah satu supir pribadi Rommel. Aku dipilih karena aku menguasai bahasa Inggris dengan baik dan dapat mengoperasikan peralatan mereka. Aku juga mempunyai pemahaman dan ingatan yang dalam tentang alam Afrika, yang merupakan faktor penting bila kita berada di tengah padang pasir. Kami biasa bepergian jauh, dengan satu-satunya pilihan pemandangan yang dapat kau lihat adalah pasir, batu-batuan dan pasir lagi. Rommel benar-benar merupakan seorang prajurit tulen dan juga tidak memandang seseorang berdasarkan pangkat atau jabatan. Dia biasa makan bareng-bareng kita, dan selalu ingin berada sedekat mungkin dengan ganasnya pertempuran di front depan. Saat itu aku adalah seorang prajurit muda yang lugu dan selalu berkata ‘ja kommandant’ setiap dia memerintahkan sesuatu, tapi aku telah menyaksikan bermacam hal. Satu waktu aku pernah melihat dia berdebat dengan komandan pasukan Italia gara-gara dia ingin menyerang secepatnya posisi pasukan musuh yang dilihatnya lowong. Itulah Rommel, selalu tidak menunda-nunda bilamana dilihatnya ada kesempatan untuk menaklukkan musuh.”


Meskipun mempunyai hubungan erat dengan Komando Tinggi Nazi dan secara pribadi merupakan pengagum berat Hitler, Rommel selamat dari cap sebagai seorang Nasional-Sosialis. Herr Schneider berkata, “Ketika unit kami mendapat giliran difoto oleh fotografer dari bagian propaganda, mereka akan membentangkan bendera Swastika di atas kendaraan kami. Setelah si kameramen menyelesaikan tugasnya dan pergi, Rommel akan memerintahkan agar bendera tersebut disingkirkan. Dia tidak menyukai simbol-simbol Nazi, dan satu waktu ketika ditanya apa alasannya, dia menjawab, ‘Aku prajurit Jerman dan berjuang untuk negaraku.”


Seperti orang yang ditugaskan untuk dilindunginya, Kampfstaffel Khiel pun terkenal kemana-mana karena keberaniannya menyelusup ke wilayah musuh. Rudolf Schneider sendiri dianugerahi Eisernes Kreuz karena ikut ambil bagian dalam misi super berbahaya yang di antaranya terdiri dari merampas kereta api lalu mengarahkannya 50 mil ke dalam wilayah Inggris dengan tujuan untuk meledakkan gudang amunisi raksasa milik Musuh!


Robert Lyman, mantan prajurit Inggris yang kemudian menjadi sejarawan perang, telah menemukan Herr Schneider ketika sedang melakukan penelitian untuk bukunya yang berjudul ‘The Longest Siege’. Buku itu bertutur tentang salah satu pertempuran kunci dalam kampanye di Afrika, Pengepungan Tobruk, dimana Lyman berkomentar tentangnya, “Bila Rommel berhasil dalam usahanya menguasai Mesir, maka Kerajaan Inggris Raya akan terbelah menjadi dua. Suplai penting yang dikirimkan melalui Terusan Suez tentunya akan terganggu, sementara di lain pihak Hitler mempunyai akses tak terbatas terhadap minyak seperti yang diidam-idamkannya selama ini.”


Keunggulan jumlah, mesin perang dan taktik yang diadopsi oleh Field Marshal Montgomery di El Alamein telah membuyarkan ambisi Rommel, dan berujung pada penangkapan massal tentara Jerman dan Italia di Tunisia pada tahun 1943, termasuk Rudolf Schneider. Dia menghabiskan waktu selama enam tahun di kamp tawanan Sekutu, sebelum akhirnya kembali pulang ke tanah kelahirannya yang kini menjadi Jerman Timur pada tahun 1949. tunangannya, Alfreda, masih setia menanti. Pasangan itu akhirnya menikah, dan Herr Schneider menjadi seorang peneliti tanaman. Dia berkata, “Aku adalah orang yang beruntung. Alfreda dan aku menikah dan kami dikaruniai tiga orang anak. Bisa dibilang kami hidup tenang dan damai, meskipun aku tidak pernah melupakan saat-saat dalam peperangan dan juga musuh kami, yang kini menjadi teman-temanku.”


Mengenai Rommel sendiri, pada puncak kejayaannya di Afrika Utara, seorang Jenderal Inggris dengan enggan mengaku bahwa dia “seperti mempunyai kemampuan mistis... seorang manusia super.” Dia dianggap sebagai perancang strategi yang jempolan dan merupakan pengejawantahan utama dari taktik Blitzkrieg. Rommel biasa membawa barisan panzernya jauh masuk ke wilayah Sekutu, dengan tujuan membelah dua musuh sehingga lebih mudah untuk dikalahkan. Hal ini telah dipraktekkannya dari sejak invasi Jerman ke Prancis tahun 1940, dan juga kampanye di Afrika tahun 1941 sampai dengan 1943. sudah biasa baginya mengacuhkan perintah dari atasannya demi mengeksploitasi secara maksimal kelemahan lawannya dan mengalahkannya secara komplit.


Tapi kesuksesan itu dibayar dengan harga mahal. Jalur suplai Afrika Korps-nya menjadi terlalu jauh terbentang, sehingga kemudian menjadi faktor utama kekalahannya. Rommel kemudian dituduh terlibat dalam plot bom terhadap Hitler pada bulan Juli 1944. tanggal 14 Oktober 1944, rumah Rommel mendapat kunjungan dari para jenderal Heer, yang mengultimatumnya: bunuh diri lalu kemudian mendapat pemakaman secara militer, atau diadili dengan dakwaan pengkhianatan berat. Rommel adalah Rommel, yang lebih memikirkan kepentingan keluarganya, dan dia memilih pilihan pertama. Dia ambil itu racun sehingga meninggal karenanya. Sampai kejatuhan Hitler, orang-orang hanya mengetahui bahwa sebab kematian jenderal legendaris ini adalah karena kerusakan otak yang dideritanya setelah mendapat serangan udara Sekutu.


Sumber :
www.news.bbc.co.uk
www.encyclopedia.com
www.independent.co.uk
www.afrikakorps.org