Monday, December 21, 2009

Foto Tentara Jerman Bersama Senjata Hasil Rampasan

SENJATA AMERIKA SERIKAT

 Sekelompok Fallschirmjäger sedang menginspeksi sebuah Thompson M1928/M1 submachine gun Amerika hasil rampasan di wilayah Tunisia yang berbatasan dengan Aljazair, Afrika Utara, tahun 1943. Foto oleh Kriegsberichter Wörner dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika". Dalam foto close-up terlihat bahwa Fallschirmjägerdi kiri mengenakan jaket penerjun kamuflase Splittermuster, sementara yang di kanan standar warna hijau


Dua orang prajurit SS (tampaknya bersaudara!) dengan perlengkapan rampasan dari Amerika. Foto ini diambil di Metz tanggal 4 Oktober 1944. Dari penuturan anggota keluarga orang yang ada di foto ini, diceritakan bahwa salah satu dari kedua prajurit di atas tewas dalam pertempuran tak lama setelah foto ini dibuat

------------------------------------------------------------------------

SENJATA CEKOSLOWAKIA

 Etnis Jerman asal Kroasia, yang merupakan anggota Batalyon Disposisi dari SE "Prinz Eugen", bergerak melewati sebuah desa di Yugoslavia pada tahun 1942. Mereka mengenakan seragam Jerman dengan insignia layaknya SS - unit yang nantinya akan dimasuki oleh sebagian besar dari mereka, lebih tepatnya, pada divisi yang baru dibentuk yang mempunyai nama sama, Prinz Eugen (Divisi SS ke-7). Prajurit di belakang membawa serta senapan mesin tua ZB vz. 26 buatan Cekoslowakia, sementara sang perwira yang berjalan paling depan bersenjatakan senapan mesin MP 35 Jerman - yang memang banyak digunakan dalam peperangan melawan Partisan Yugoslavia. Perhatikan pula kendaraan tempur hasil modifikasi dengan bentuk tidak biasa yang ikut nongtot dalam foto ini. Hebatnya, kendaraan "antah berantah" ini nantinya mampu bertahan sampai akhir perang!

 ------------------------------------------------------------------------

SENJATA ITALIA

 Tak lama setelah diterjunkan di Pulau Elba, Italia, III.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 7 / 2.Fallschirmjäger-Division mendapat perintah untuk berkumpul di Pelabuhan Portoferraio untuk mengatur ulang rencana selanjutnya. Batalyon pimpinan Major Friedrich Hübner ini berangkat menuju pelabuhan dengan serana transportasi apapun yang bisa mereka temukan: mobil, truk, taksi, sepeda motor, dan bahkan keledai! Foto ini memperlihatkan seorang prajurit penerjun payung dari Batalyon ke-3 yang sedang mengendarai truk milik penduduk setempat, dengan senapan dari jenis Mannlicher-Carcano modèle 38 Italia tersampir di punggungnya. Jaket terjun payungnya telah dilengkapi dengan tambahan kantong amunisi di bagian lengan yang merupakan hasil modifikasi di lapangan. Foto ini diambil pada tanggal 17-30 September 1943 oleh koresponden perang Biedermann dari Kriegsberichterzug XI. Fliegerkorps


 Tiga orang prajurit penerjun payung dari Fallschirmjäger-Regiment 3 / 1.Fallschirmjäger-Division berpose untuk kepentingan propaganda di sela-sela reruntuhan Biara Montecassino, bulan Februari 1944. Prajurit di tengah memegang senapan mesin Beretta Modello 38 buatan Italia, sementara prajurit di sebelah kirinya cukup bersenjatakan Stielhandgranate di tangan, sementara di sakunya tersembul granat lain buatan Italia pula. Pada tanggal 15 Februari 1944 pihak Sekutu membombardir Biara Ordo Santo Benediktus di puncak Montecassino yang berusia 1.400 tahun, karena menganggapnya sebagai tempat persembunyian prajurit Jerman (tuduhan yang tak pernah terbukti). Ketika biara tersebut telah menjadi puing-puing, barulah pasukan Jerman dari unit Fallschirmjäger masuk untuk menempatinya, dan menjadikannya sebagai tembok pertahanan dengan memanfaatkan setiap bongkahan batu dan dinding yang tak beraturan. Selama berbulan-bulan pasukan Sekutu menyerang lagi dan lagi, hanya untuk dipatahkan oleh para penerjun payung veteran ini dengan meninggalkan korban besar di pihak penyerbu dari segi manusia dan perlengkapan. Ketika akhirnya pihak Jerman dipaksa untuk mundur pada bulan Mei 1944 (setelah terancam dikepung oleh tentara Sekutu yang berhasil menerobos wilayah di sekelilingnya), mereka melakukannya dengan begitu cerdiknya, sehingga ketika keesokan harinya musuh akhirnya berhasil menguasai reruntuhan Montecassino, mereka hanya menemukan 30 orang prajurit yang terluka begitu parah sehingga tak bisa dibawa serta dan ditinggalkan! Dalam pertempuran sengit di Montecassino yang berlangsung dari tanggal 17 Januari s/d 18 Mei 1944, pihak Sekutu (Inggris, Amerika, Prancis, Polandia, dll) tercatat menderita korban 55.000 orang, sementara pasukan Jerman "hanya" 22.000 orang! Cukuplah julukan "The Green Devils" (Iblis-Iblis Hijau) dari para jenderal Sekutu sebagai bukti ketangguhan dan kegigihan bertempur dari para Fallschirmjäger ini...

 ------------------------------------------------------------------------

SENJATA POLANDIA

 SS-Oberscharführer Paul Bredow (31 Desember 1903 - Desember 1945) dari Sonderabteilung Einsatz R (disingkat: Abteilung R) mengenakan jaket kamuflase Telo Mimetico M29 buatan Italia. Di kepalanya dia memakai stahlhelm dengan tambahan Augenschützer 42 alias gogel pelindung debu. Senapan mesin yang berada dalam pangkuannya bukanlah buatan Jerman, melainkan sebuah Pistolet maszynowy wz. 39 Mors buatan Polandia. Foto ini sendiri kemungkinan besar diambil di Trieste, Italia, yang menjadi wilayah operasional unit tempat Bredow bergabung dari tahun 1943 s/d 1945

------------------------------------------------------------------------

SENJATA RUSIA

Sarang senapan mesin Jerman di bagian dalam reruntuhan pabrik traktor Stalingrad, pertengahan bulan Oktober 1942. Unteroffizier di sebelah kiri bersenjatakan sebuah senapan Mosin-Nagant M-1898/30 7.62mm hasil rampasan dari Soviet, yang biasa disebut prajurit Jerman sebagai Gewehr 252(r). Puing-puing yang berserakan dan semrawut sama-sama memberikan perlindungan bagi pihak penyerang dan yang bertahan, juga perlindungan dari hujan tembakan artileri yang biasa disindir para Landser sebagai "Post Bekommen" (menerima surat)


 Seorang perwira (kanan, membelakangi kamera), yang kemungkinan adalah Kompaniechef, dari 389. Infanterie-Division sedang memberikan perintah pada anakbuahnya selama berlangsungnya jeda dalam pertempuran memperebutkan Pabrik Traktor "Krasny Oktyabr" (Oktober Merah), bulan Oktober 1942. Dengan begitu tingginya angka korban di kalangan perwira, maka tidak aneh bila di kancah Stalingrad seorang bintara menjadi komandan kompi atau prajurit memimpin peleton! Dalam foto ini, bintara di tengah memegang sebuah senapan mesin MP 40 9mm (yang biasa dipanggil oleh Landser sebagai "Kugelspritze" alias penyemprot peluru), sementara prajurit di kiri depan membawa senapan semi otomatis SVT-40 7.62mm buatan Soviet - dengan nama Jerman Selbstladegewehr 259(r). Perhatikan muka-muka mereka yang super butek!


Seorang prajurit dari SS-Panzergrenadier-Division "Das Reich" menginterogasi seorang tawanan Soviet yang terluka selama berlangsungnya Unternehmen Zitadelle (Pertempuran Kursk) di bulan Juli 1943. Informasi-informasi penting semacam nama unit, kekuatannya, jenis senjata, moral pasukan dan strategi pertempuran adalah hal-hal pertama yang mendapat prioritas untuk ditanyakan. Prajurit Jerman tersebut membawa serta senapan mesin Rusia PPSh-41 (Pistolet-Pulemyot Shpagina) hasil rampasan di punggungnya


Fallschirmjäger dengan senapan mesin Maxim hasil rampasan


Kru anti-tank SS. Yang di depan menggunakan ZB-26


Prajurit Jerman berlatih menembak menggunakan Degtyarev buatan Rusia

------------------------------------------------------------------------


Tentara darat Luftwaffe dengan senjata Lee-Enfield hasil rampasan dari Inggris


Para prajurit ini berasal dari I./Polizei Regiment Bozen. Mereka diperlengkapi dengan tiga buah Beretta M.A.B 1938/A


Yang paling dekat kamera memakai senjata Zb.26/Mg.26 produksi Cekoslowakia


Meskipun foto ini begitu jelasnya dan berwarna seakan-akan foto reenactment, tapi ini asli dari zaman Perang Dunia II! Yang ini adalah rifle anti-tank asal Polandia dengan nama : Karabin Przeciwpancerny Ur (belibet belibet dah tuh mulut!)


Serdadu Jerman merangkak di hutan Rusia yang lebat dengan senjata PPSh-41




Prajurit Heer dengan rifle SVT-40 hasil rampasan


SS-Unterscharführer yang juga anggota Feldgendarmerie (Polisi Militer) berpose dengan SVT-40 yang telah dilengkapi dengan bayonet


Ini bukan Pinokio sodara-sodara, melainkan anggota dari Brigade Dirlewanger dengan senapan rampasan PPSh-41


Tentara Jerman di Front Timur biasanya senang sekali kalau disuruh memakai senjata hasil rampasan Soviet, soalnya senjata mereka lebih awet dan tahan menghadapi cuaca ekstrim yang dinginnya minta ampun di Rusia, seperti contoh senapan mesin PPD-40 di atas


Tentara Jerman berpose dengan Degtjarjow DP 1928


Prajurit Jeman dengan SVT-40 sitaan


Tentara Jerman di sebelah kiri memegang senapan mesin PPSh-41 buatan Rusia model awal


Kalau masih nggak mengerti dengan teks bahasa Inggris di atas, tenaaaang, ada Om Alif! Hehehe... Artinya adalah : tangtara Jerman nyita sabaraha biji bedil ti urang Inggris, hasil gegelutan di Dieppe. Tah nu di luhur eta salah sahiji tangtara anu nyepeng bedil bren Thompson


SS-Obergruppenführer und General der Waffen-SS Artur "Papa" Phleps meneliti senjata Sten MK-II hasil rampasan dari para partisan Yugoslavia


Sumber :
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
www.5sswiking.tumblr.com
www.archives.ecpad.fr
www.bandenkampf.blogspot.com
www.en.wikipedia.org
www.wehrmacht-awards.com
www.ww2incolor.com

1 comment:

HARI GHARNATA said...

cool... tapi mulut ane jadi besos, ... susah banget ngucapin tulisab bhs jerman